Kamis, 01 November 2018


MILK FEVER PADA SAPI
A.           ETIOLOGI
Hipokalsemia pada sapi perah mempunyai beberapa sinonim yaitu milk fever,paresis puerpuralis dan parturient paresis (Goff 2006). Milk fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang terjadi pada sapi betina menjelang atau sesudah melahirkan yang menyebabkan sapi menjadi lumpuh. Milk Fever ditandai dengan menurunnya kadar kalsium (Ca) dalam darah (Horst et al. 1997). Ca berperan penting dalam fungsi system syaraf. Jika kadar Ca dalam darah berkurang drastis, maka pengaturan sistem syaraf akan terganggu, sehingga fungsi otak pun terganggu dan sapi akan  mengalami kelumpuhan.
Secara normal kadar ion Ca dalam darah adalah 8-12 mg/100 ml darah. Hipokalsemia subklinis jika kadar ion Ca dalam darah 5-7 mg/100 ml darah sedangkan pada kasus hipokalsemia kadar ion Ca dalam darah berkisar antara 3-7 mg/100 ml darah. Kebutuhan Ca pada akhir masa kebuntingan cukup tinggi sehingga jika Ca dalam pakan tidak mencukupi, maka Ca di dalam tubuh akan dirombak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kadar Ca dalam darah tidak dapat dipertahankan, maka sapi akan mengalami paresis puerpuralis atau milk fever.
Berkurangnya Ca menurut Champness & Hamilton (2007) disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1.     Jumlah mineral, Ca dan P (Phosphor) dalam pakan yang berlebihan, akibatnya akan menurunkan jumlah vitamin D yang berpengaruh pada jumlah Ca dalam darah.
2.     Menurunnya absorpsi Ca dari usus dan mobilisasi mineral tersebut dari tulang akibat dari kerja hormon estrogen dan steroid kelenjar adrenal
3.     Ca dan P dari dalam darah berpindah ke kolostrum saat sapi menjelang melahirkan.
4.     Efek dari hormon tirokalsitonin. Hormon ini berfungsi untuk mengatur mukosa sel-sel usus dalam menyerap dan mengatur kadar Ca dalam darah.
5.     Nafsu makan menurun biasa terjadi pada 8-16 jam menjelang melahirkan, akibatnya ketersediaan kalsium yang siap diserap juga menurun.
6.     pH pakan dan  kadar lemak yang tinggi
7.     Sapi-sapi tua akan mengalami penurunan penyerapan Ca.
8.     Ketidak seimbangan komposisi Ca dan P dalam pakan. Perbandingan yang ideal  adalah Ca:P = 1:1.
B.            TANDA KLINIS
Tanda Klinis dari Milk Fever dapat diamati melalui 3 stadium,  yaitu sebagai berikut :
1.             Stadium 1 ( Stadium Prodormal atau Inisialis )
Sapi menjadi gelisah dengan ekspresi muka yang tampak beringas. Nafsu makan dan pengeluaran kemih serta tinja terhenti. Sapi mudah mengalami hipersensitif terhadap rangsangan dari luar. Otot kepala dan kaki gemetar. Waktu berdiri penderita tampak kaku, tonus otot alat-alat gerak meningkat dan apabila bergerak akan terlihat inkoordinasi. Sapi juga akan terjatuh dan kesulitan untuk berdiri kembali.
2.             Stadium 2 ( Stadium Berbaring atau Recumbent)
Sapi sudah tidak mampu untuk berdiri, dan berbaring pada sternum dengan kepala mengarah ke belakang hingga dari belakang menyerupai bentuk huruf S. Karena dehidrasi kulit tampak kering, nampak lesu, pupil mata normal atau membesar dan tanggapan terhadap cahaya menjadi lambat atau hilang sama sekali. Tanggapan terhadap rangsangan rasa sakit pun juga berkurang, otot jadi kendor, spincter ani mengalami relaksasi, sedangkan reflek anal menjadi hilang dengan rektum yang berisi tinja kering atau setengah kering. Pada stadium ini sapi masih mau makan dan proses ruminasi meskipun berkurang intensitasnya masih dapat terlihat.

3.             Stadium 3 ( Stadium Koma atau berbaring lateral)
Sapi akan tampak sangat lemah, tidak mampu bangun dan berbaring pasa salah satu sisinya ( Lateral Recumbency ). Kelemahan otot-otot rumen akan segera diikuti dengan kembung rumen. Gangguan sirkulasi sangat mencolok, pulsus jadi lemah dan suhu tubuh di bawah normal. Pupul melebar dan refleks terhadap sinar telah hilang. Stadium koma kebanyakan diakhiri dengan kematian, meskipun pengobatan konvensional telah dilakukan.
C.           PENGOBATAN
Terapi yang diberikan untuk kasus hiokalsemia dapat berupa pemberian Kalsium glukonas 2 g/100 kg BB. Pemberian Kalsium glukonas dapat berupa larutan 500 ml yang mengandung 8,5-11,5 g Kalsium glukonas secara intra vena. Pemberian obat harus dilakukan secara berlahan (15-20 menit) atau 1 g/menit karena Kalsium glukonas bersifat kardiotoksik. Pemberian preparat Ca dapat menaikkan kadar Ca darah dalam waktu 4 jam, jika dalam waktu 8-12 jam sapi tidak berdiri maka pemberian preparat kalsium dapat diulang. Pencegahan terhadap hipokalsemia pada sapi yang akan melahirkan yaitu dengan memberikan pakan rendah P dan kaya Ca dan pemberian preparat Vitamin D. Dan dapat juga diberikan penyuntikan 1000 ml calcium borogluconas 40 % secara intravena pada vena jugularis (Braun et al. 2006). Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 – 12 jam kemudian. Apabila belum menampakkan hasil, maka dapat diberikan preparat yang mengandung magnesium. Hanya sedikit susu yang boleh diperah selama 2 – 3 hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindari selama waktu tersebut untuk mencegah terjadinya paresis peurpuralis. Kadar kalsium dalam pakan harus dikurangi  pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat diberikan 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang sapi melahirkan (Bewley & Phillips 2010).



Daftar Pustaka

Aiello et al. 2000. The Merck Veterinary Manual. Edisi ke-8. USA : Whitehouse station.
Goff JP. 2008. The Monitoring, Prevention and Treatment of Milk Fever and Subclinical Hyocalsemia in Dairy Cows. The Veterinary Journal 176 (1) : 50-57.
Hafez ESE. 1981. Reproduction in Farm Animal. 4th ed. Philadelphia : Lea and Febiger.
[NADIS] National Animal Disease Information Service. Hypocalcaemia and hypomagnesaemia http://www.nadis.org.uk/bulletins/hypocalcaemia-and-hypomagnesaemia.aspx[15 Mei 2014].
Subronto, Tjahajati I. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Wijaya A. 2003. Bahan Kuliah Ilmu Penyakit Dalam I. Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam. Bogor : Bagian Klinik Veteriner FKH IPB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar