MILK FEVER PADA SAPI
A.
ETIOLOGI
Hipokalsemia pada
sapi perah mempunyai beberapa sinonim yaitu milk fever,paresis
puerpuralis dan parturient
paresis (Goff 2006). Milk
fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang terjadi pada sapi
betina menjelang atau sesudah melahirkan yang menyebabkan sapi menjadi lumpuh. Milk Fever ditandai dengan
menurunnya kadar kalsium (Ca) dalam darah (Horst et al. 1997). Ca berperan penting dalam fungsi system syaraf.
Jika kadar Ca dalam darah berkurang drastis, maka pengaturan sistem syaraf akan
terganggu, sehingga fungsi otak pun terganggu dan sapi akan mengalami
kelumpuhan.
Secara
normal kadar ion Ca dalam darah adalah 8-12 mg/100 ml darah. Hipokalsemia
subklinis jika kadar ion Ca dalam darah 5-7 mg/100 ml darah sedangkan pada
kasus hipokalsemia kadar ion Ca dalam darah berkisar antara 3-7 mg/100 ml
darah. Kebutuhan Ca pada akhir masa kebuntingan cukup tinggi sehingga jika Ca
dalam pakan tidak mencukupi, maka Ca di dalam tubuh akan dirombak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Jika kadar Ca dalam darah tidak dapat dipertahankan, maka
sapi akan mengalami paresis
puerpuralis atau milk
fever.
Berkurangnya
Ca menurut Champness & Hamilton (2007) disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain :
1.
Jumlah
mineral, Ca dan P (Phosphor) dalam pakan yang berlebihan, akibatnya akan
menurunkan jumlah vitamin D yang berpengaruh pada jumlah Ca dalam darah.
2.
Menurunnya
absorpsi Ca dari usus dan mobilisasi mineral tersebut dari tulang akibat dari
kerja hormon estrogen dan steroid kelenjar adrenal
3.
Ca
dan P dari dalam darah berpindah ke kolostrum saat sapi menjelang melahirkan.
4.
Efek
dari hormon tirokalsitonin. Hormon ini berfungsi untuk mengatur mukosa sel-sel
usus dalam menyerap dan mengatur kadar Ca dalam darah.
5.
Nafsu
makan menurun biasa terjadi pada 8-16 jam menjelang melahirkan, akibatnya
ketersediaan kalsium yang siap diserap juga menurun.
6.
pH
pakan dan kadar lemak yang tinggi
7.
Sapi-sapi
tua akan mengalami penurunan penyerapan Ca.
8.
Ketidak
seimbangan komposisi Ca dan P dalam pakan. Perbandingan yang ideal adalah
Ca:P = 1:1.
B.
TANDA KLINIS
Tanda Klinis dari Milk Fever dapat
diamati melalui 3 stadium, yaitu sebagai
berikut :
1.
Stadium 1 (
Stadium Prodormal atau Inisialis )
Sapi menjadi gelisah dengan ekspresi muka yang
tampak beringas. Nafsu makan dan pengeluaran kemih serta tinja terhenti. Sapi
mudah mengalami hipersensitif terhadap rangsangan dari luar. Otot kepala dan
kaki gemetar. Waktu berdiri penderita tampak kaku, tonus otot alat-alat gerak
meningkat dan apabila bergerak akan terlihat inkoordinasi. Sapi juga akan
terjatuh dan kesulitan untuk berdiri kembali.
2.
Stadium 2 (
Stadium Berbaring atau Recumbent)
Sapi sudah tidak mampu untuk berdiri, dan berbaring
pada sternum dengan kepala mengarah ke belakang hingga dari belakang menyerupai
bentuk huruf S. Karena dehidrasi kulit tampak kering, nampak lesu, pupil mata
normal atau membesar dan tanggapan terhadap cahaya menjadi lambat atau hilang
sama sekali. Tanggapan terhadap rangsangan rasa sakit pun juga berkurang, otot
jadi kendor, spincter ani mengalami relaksasi, sedangkan reflek anal menjadi
hilang dengan rektum yang berisi tinja kering atau setengah kering. Pada
stadium ini sapi masih mau makan dan proses ruminasi meskipun berkurang
intensitasnya masih dapat terlihat.
3.
Stadium 3 ( Stadium
Koma atau berbaring lateral)
Sapi
akan tampak sangat lemah, tidak mampu bangun dan berbaring pasa salah satu
sisinya ( Lateral Recumbency ). Kelemahan otot-otot rumen akan segera diikuti
dengan kembung rumen. Gangguan sirkulasi sangat mencolok, pulsus jadi lemah dan
suhu tubuh di bawah normal. Pupul melebar dan refleks terhadap sinar telah
hilang. Stadium koma kebanyakan diakhiri dengan kematian, meskipun pengobatan
konvensional telah dilakukan.
C.
PENGOBATAN
Terapi yang diberikan untuk kasus
hiokalsemia dapat berupa pemberian Kalsium glukonas 2 g/100 kg BB. Pemberian
Kalsium glukonas dapat berupa larutan 500 ml yang mengandung 8,5-11,5 g Kalsium
glukonas secara intra vena. Pemberian obat harus dilakukan secara berlahan
(15-20 menit) atau 1 g/menit karena Kalsium glukonas bersifat kardiotoksik.
Pemberian preparat Ca dapat menaikkan kadar Ca darah dalam waktu 4 jam, jika
dalam waktu 8-12 jam sapi tidak berdiri maka pemberian preparat kalsium dapat
diulang. Pencegahan terhadap hipokalsemia pada sapi yang akan melahirkan yaitu
dengan memberikan pakan rendah P dan kaya Ca dan pemberian preparat Vitamin D.
Dan dapat juga diberikan penyuntikan 1000 ml calcium borogluconas 40 % secara
intravena pada vena jugularis (Braun et al. 2006). Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 –
12 jam kemudian. Apabila belum menampakkan hasil, maka dapat diberikan preparat
yang mengandung magnesium. Hanya sedikit susu yang boleh diperah selama 2 – 3
hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindari selama waktu tersebut untuk
mencegah terjadinya paresis
peurpuralis. Kadar kalsium dalam pakan harus dikurangi pada akhir
periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat diberikan 2 kg/hari atau selama
periode kering kandang dengan mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral.
Peningkatan pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang sapi
melahirkan (Bewley & Phillips 2010).
Daftar Pustaka
Aiello
et al. 2000. The Merck Veterinary Manual. Edisi
ke-8. USA : Whitehouse station.
Goff
JP. 2008. The Monitoring, Prevention and Treatment of Milk Fever and
Subclinical Hyocalsemia in Dairy Cows. The Veterinary Journal 176
(1) : 50-57.
Hafez
ESE. 1981. Reproduction in Farm Animal. 4th ed. Philadelphia
: Lea and Febiger.
[NADIS]
National Animal Disease Information Service. Hypocalcaemia and hypomagnesaemia
http://www.nadis.org.uk/bulletins/hypocalcaemia-and-hypomagnesaemia.aspx[15 Mei
2014].
Subronto,
Tjahajati I. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Wijaya
A. 2003. Bahan Kuliah Ilmu Penyakit Dalam I. Laboratorium Ilmu
Penyakit Dalam. Bogor : Bagian Klinik Veteriner FKH IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar