Minggu, 13 Desember 2015

Nasal Polyposis

Nasal Polyposis
1.1  Etiologi
Polip hidung merupakan suatu penyakit inflamasi kronis pada membran mukosa hidung dan sinus prenasal. Bentukan polip bisa bulat atau lonjong dengan permukaan licin dan warna translusen seperti agar-agar. Beberapa ahli menyebutkan bahwa polip adalah penonjolan mukosa rongga hidung dan merupakan pseudomotor. Kata polip sendiri berasal dari bahasa yunani”Poly-Pous” yang artinya berkaki banyak. Sejak pada jaman Hipocrates tahun 460-370 SM. Demikian juga di Mesir dan India sejak 1000-4000 tahun SM. Nasal Poliposis disebabkan oleh berbagai hal seperti alergi, adanya infeksi oleh jamur seperti jamur Aspergillus, adapula beberapa teori yang mengemukaakn bahwa nasal poliposis merupakan suatu kondisi yang diakibatkan oleh inflamasi kronis pada hidung dan sinus prenasal yang ditandai dengan adanya edema dan infiltrasi seluler.

1.2  Patogenesa
Pada tahap awal akan ditemukan edema mukosa yang ditemui pada daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab akan menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab akan semakin membesar dan kemudian akan turun kedalam rongga hidung dan akan berbentuk seperti tangkai, yang akan menjadi polip.
Polip yang terbentuk pada kavum nasi terjadi akibat dari proses peradangan yang berlangsug dalam waktu yang cukup lama. Penyebab umunya adalah sinusitis kronis dan rinitis yang disebabkan oleh alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi darah pada submukosa akan menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan berubah menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya akan membentuk suatu struktur bernama polip yang pada umumnya terjadi pada sinus maksila dan kemudian pada sinus etmoid. Polip akan terus membesar dan kemudian akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang memiliki riwayat rinitis alerg terutama pada rinitis alergi perennial karena Indonesia yang tidak memiliki variasi musim sehingga alergen dapat ditemukan sepanjang tahun. Begitu sampai pada kavum nasi, polip akan terus membesar dan dapat menyebabkan obstruksi pada meatus media
Gejala klinis dari nasal poliposis adalah penyumbatan rongga hisung namun tergantung dari tempat dan ukuran dari polip itu sendiri. Penderita nasal poliposis menunjukkan gejala seperti adanya leleran pada hidung, tersumbatnya lubang hidung, Anosmia ( Tidak dapat mencium bau) atau Hyposmia yang merupakan karakteristik dari penyakit nasal poliposis ini.

1.3  Gejala Klinis
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah adanya sumbatan pada hidung. Sumbatan ini tidak akan hilang dan timbulnya akan semakin membesar dan keluhannya akan semakin berat yang menyebabkan hiposmia atau anosmia. Sumbatan polip pada sinus prenasal akan menyebabkan sinusitis, apabila penyebabnya alergi maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung.
Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dengan konka hidung yang menyerupai polip ( konka polipoid ). Perbedaan polip dan konka polipoid adalah:
·         Bertangkai
·         Mudah digerakkan
·         Konsistensi lunak
·         Tidak nyeri saat ditekan
·         Tidak mudah berdarah
·         Pada pemakaian vasokonstriktor ( Kapas Adrenalin ) tidak mengecil.

1.4  Diagnosa
Ada beberapa cara untuk melakukan diagnosa dengan cara:
1.      Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Dalam sebuah penelitian retrospektif, gejala awal yang berupa sumbatan hidung (62%), rinorrhea (64%), san sesak nafas (38%). Keluhan kronis termasuk batuk (60%), gangguan tidur (37%), dan Anosmia (12%).
            Pemeriksaan fisik nasal poliposis seperti terjadinya deformitas wajah, polip yang meluas dari akar hidung, dan proptosis. Anterior rhinoskopi dan pemeriksaan endoskopi dapat ditemukan adanya kongesti dan hiperemia dari mukosa hidung, adanya sekresi yang berlimpah, polip yang mengembung pada mukosa hidung.
            Nasal poliposis merupakan subkelompok dari cronic Rhinositis (CRS), dimana pada pasien yang enderita Cystic Fibrosis (CF) pada umumnya ditemukannya temuan radiografi yang luas dengan tidak ditemukannya gejala dan tanda-tanda endoskopik

2.      Perbandingan
Perbandingan diagnosa dari sinus prenasal pada pasien Cystic Fibrosis memiliki ciri-ciri khusus seperti Frontal dan Hipoplasia sinus sphenoid. Cystic Test merupakan perbandingan yang merupakan standar emas sebagai tolak ukur untuk perencanaan pembedahan namun, Cystic Test tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk intervensi klinis atau bedah untuk Cronic Rhinositis.

1.5  Terapi dan Pencegahan
1.      Terapi
Terapi pada nasal poliposis bertujuan untuk mengecilkan atau menghilangkan nasal polip dari hidung sehingga gejala klinisnya dapat dikurangi, baik dengan obat-obatan maupun prosedur operasi.
            Obat yang digunakan untuk mengurangi reaksi peradangan, sehingga dapat membantu mengurangi ukuran polip dan meredakan gejala hidung tersumbat antara lain:
a.       Obat Semprot
Steroid Semprot Hidung: Flutikason (Veramyst, Flonase), Budesonide (Rhinocort), dan Mometasone.
b.      Steroid Oral atau Injeksi dapat digunakan apabila terapi dengan semprotan tidak bekerja efektif namun tidak dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama karena memiliki efek samping yang serius, seperti retensi cairan, hipertensi, dan glukoma contohnya: Prednison 50mg/hari atau deksametason selama 10 hari kemudian dosis diturunkan perlahan-lahan. Dan untuk pemberian secara injeksi contohnya: Triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5cc, setiap 5-7 hari sekali.
c.       Golongan Antihistamin dan Antibiotik juga dapat digunakan untuk mengobati alergi atau infeksi sinus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung

2.      Pencegahan
Pencegahan Nasal Poliposis dapat dilakukan dengan cara:
1.      Menghindari hal-hal dapat memberikan kontribusi untuk terjadinya peradangan atau iritasi sinus, seperti alergen, polusi udara dan bahan kimia

2.      Selalu menjaga kebersihan tubuh hewan. Ini merupakan salah satu cara untuk melindungi hewan dari infeksi bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar