GANGGUAN METABOLISME
HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA
Gangguan metabolisme
adalah kelainan medis yang mempengaruhi produksi energi di dalam sel. Pada
umumnya gangguan metabolisme diakibatkan oleh kelainan genetik sehingga enzim
yang berperan dalam proses metabolisme sel hilang atau rusak. Selain itu dapat
juga yang diakibatkan oleh makanan, toksin, infeksi dan lain-lain (Sanofi,
2013).
Kalsium merupakan
unsur penting untuk kekuatan tulang dan gigi dan terdapat banyak pada
dedaun atau kacang-kacangan. Pemberian vitamin D juga akan sangat membantu
dalam penyerapan kalsium. Sedangkan untuk pemenuhan vitamin dan mineral,
sangat mudah untuk dipenuhi oleh pakan yang berasal dari macam-macam
dedaunan. Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia atau hewan,
antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja
jantung, dan pergerakan otot (Yulia, 2010). Kalsium sangat mempengaruhi
permeabilitas di dalam tubuh. Misalnya penurunan kadar kalsium diluar sel akan
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan eksitasibilitas membran sel
tersebut. Kalsium juga berpengaruh dalam terhadap akitivitas
neuromuskuler. Penurunan kadar kalsium akan meningkatkan kepekaan jaringan
saraf dan dapat merangsang kontraksi otot (Sugiyanto, 2013).
Dalam mempertahankan kadar
kalsium serum normal bergantung pada keseimbangan antara masukan dan pengeluaran
kalsium dari aliran darah. Masukan utama kalsium ditentukan oleh jumlah kalsium
yang dikonsumsi dan jumlah kalsium yang dimobilisasi dari timbunan pada
tulang-tulang rangka. Pengeluaran kalsium terutama melalui pembuangan saluran
cerna, deposisi/penimbunan kalsium pada mineral tulang dan melalui
saluran kemih (Sugiyanto, 2013).
Homeostatis kalsium
adalah proses untuk menarik kalsium dari sumber makanan dan untuk mengusahakan
perubahan yang jelas dari konsentrasi kalsium dalam cairan ekstra sel. Pada
salah satu gangguan metabolisme yang diakibatkan oleh kekurangan kadar kalsium (Hipokalsemia) atau kelebihan kadar kalsium dalam darah (Hiperkalsemia) .
Hipokalsemia merupakan penyakit metabolisme
yang terjadi saat melahirkan pada betina dewasa dengan gejala ketidakmampuan
berdiri, kelemahan otot, kolaps dan depresi (Radostits et al, 2007).
Hipokalsemia dapat berkembang menjadi mendadak kehilangan kalisum di kolostrum
saat laktasi, sehingga menghasilkan perubahan luar biasa dari kemampuan sapi
untuk menjaga kadar normal kalsium dalam darah. Milk fever adalah manifestasi
klinik dari hipokalsemia dan terjadi pengurangan kandungan kalsium plasma pada
sapi yang terkena. Sapi yang terkena biasanya terbaring dan tidak mampu berdiri
(Risco, 2004).
Secara umum terjadi
penekanan kadar ion kalisum dalam cairan jaringan yang merupakan kelemahan
biokemis dasar pada parturient paresis dan berpengaruh pada jumlah cairan
kalsium yang menimbulkan respon pada sapi secara cepat. Pada kondisi
hipokalsemia jumlah total dan ion serum kalsium akan jatuh secara bersamaan.
Hipokalsemia dapat lebih mudah menyerang ke sapi yang masih ada hubungan darah
dari pada yang lainnya, perawatan penyakit dicegah agar tidak timbul saat
terjadinya parturisi. Pewarisan penyakit pada kasus milk fever dan hipokalsemia
dapat terserang secara signifikan (Radostis et al, 2007).
Hipokalsemia pernah
dilaporkan terjadi pada sapi muda yang belum pernah beranak dan kambing
(Cockcroft and Whiteley, 1999) dan penyakit yang sama pernah dtemukan pada kuda
betina yang dikenal dengan nama lactation tetany yang biasanya terjadi selama
laktasi dan setelah dalam perjalanan (Radostis et al, 2007). Hipokalsemia
memilki efek negatif pada ekspulsi plasenta pada sapi yang belum pernah
melahirkan (Seving et al, 2002). Hipokalsemia juga ditemukan pada sapi yang
mengalami kasus koliform mastitis dan kemungkinan hipokalsemia meningkatkan
gejala klinisnya (Morin, 2004).
Salah satu penyebab yang
jarang terjadi dari hipokalsemia adalah yang berhubungan dengan estrus.
Sapi-sapi mengalami kedinginan (terutama telinga, pemeriksaan suhu pada telinga
sangat berguna dalam pemeriksaan fisik pada sapi perah), beberapa ada yang
lemah (meskipun jarang ada yang sanggup berdiri sperti pada kasus milk fever
clasic) dan beberapa mengalami kasus rumen yang mengalami kekembungan.
Hiperkalsemia merupakan meningkatnya penyerapan
pada saluran pencernaan maupun karena meningkatnya asupan kalsium. Apabila
hewan kelebihan mengkosumsi vitamin D dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium
darah, yaitu dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Penyebab
paling sering dari hiperkalsemia adalah hiperparatiroidisme, yaitu suatu
keadaan dimana terjadi pengeluaran hormon paratiroid secara besar-besaran oleh
satu atau lebih dari keempat kelenjar paratiroid.
Gejala paling awal dari hiperkalsemia
biasanya adalah konstipasi, kehilangan nafsu makan, dan muntah. Ginjal mungkin
secara abnormal akan menghasilkan air kemih dalam jumlah banyak.
Akibat pembentukkan air kemih yang berlebihan ini, cairan tubuh akan berkurang dan akan terjadi dehidrasi. Hiperkalsemia yang sangat berat sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak dan juga diikuti dengan irama jantung yang abnormal dan kematian.
Akibat pembentukkan air kemih yang berlebihan ini, cairan tubuh akan berkurang dan akan terjadi dehidrasi. Hiperkalsemia yang sangat berat sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak dan juga diikuti dengan irama jantung yang abnormal dan kematian.
Pada hewan penderita hiperkalsemia yang
bersifat kronis (jangka lama) dapat terjadi batu ginjal atau kristal kalsium yang
terbentuk di dalam ginjal yang kemudian menyebabkan kerusakan ginjal yang
menetap. Mendiagnosa Hiperkalsemia biasanya dilakukan dengan pemeriksaan darah.
Untuk membantu menentukan penyebabnya, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pengobatan yang dapat dilakukan tergantung pada tingginya kadar kalsium darah dan penyebabnya.
Untuk membantu menentukan penyebabnya, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pengobatan yang dapat dilakukan tergantung pada tingginya kadar kalsium darah dan penyebabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar