BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Strongyloidosis adalah infeksi parasite yang berpotensi mematikan dan menimbulkan gejala klinis bagi host yang terinfeksi. Penyakit cacing ini dapat menyerang manusia, tikus, ternak sapi, domba, ayam, kuda, babi dan anjing. Penyakit Strongyloidosis ini disebabkan oleh Nematoda Strongyloides Sp. ( Concha R dkk,2005 ), dengan predeleksinya pada usus halus. Penyakit ini bersifat zoonosis ( anjing ke manusia). Penyebaran penyakit ini hampir diseluruh dunia terutama pada daerah beriklim tropis penyakit ini lebih sering terjadi. Spesies Strongyloides yang menginfeksi diantaranya:
1) Pada tikus spesies yang menginfeksi yaitu Strongyloides ratti dan Strongyloides venezuelensis,
2) Pada anjing spesies yang menginfeksi yaitu Strongyloides stercoralis (Nolan dan Katz, 1981 Kawanabe et al, 1988.),
3) Pada manusia spesies yang menginfeksi yaitu Strongyloides kellyi fuelleborni dan Strongyloides stercoralis (Ashford et al., 1992),
4) Pada kuda spesies yang menginfeksi yaitu Strongyloides westeri (Lyons, 1994),
5) Pada ayam atau burung spesies yang menginfeksi yaitu Strongyloides avium ( Norman D.Levine,1994 ).
6) Pada ruminansia spesies yang menginfeksi yaitu Strongyloides papillosus (Moncol dan Grice, 1974), dan
7) Spesies yang terdapat pada babi adalah Strongyloides ransomi (Stewart et al., 1976).
Penyakit ini umumnya menyerang duodenum dan bagian atas jejunum. Gejala klinis yang muncul antara lain timbulnya dermatitis ringan pada saat larva cacing masuk ke dalam kulit pada awal infeksi. Gejala lain yaitu anemia, diare, dehidrasi, anoreksia, dan kematian (Urquhart et.all. 1996). Gejala infeksi kronis tergantung kepada intensitas dari infeksi, bisa ringan dan bisa juga berat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah etiologi dari penyakit Strongyloidosis pada babi?
2. Bagaimanakah morfologi dari cacing Strongyloides ransomi?
3. Bagaimanakah siklus hidup cacing Strongyloides ransomi pada babi ?
4. Bagaimanakah patogenesa dari penyakit Strongyloidosis pada babi?
5. Bagaimanakah gejala dan tanda klinis jika babi terjangkit penyakit Strongyloidosis pada babi?
6. Bagaimanakah cara mendiagnosa penyakit Strongyloidosis pada babi?
7. Apakah tindakan ( pencegahan dan pengobatan ) agar babi terbebas dari penyakit Strongyloidosis?
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN
2.1 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Untuk dapat memenuhi mata tugas mata kuliah Parasitologi Veteriner I
2. Agar dapat mengetahui etiologi dari penyakit Strongyloidosis pada babi
3. Agar dapat mengetahui morfologi dari cacing Strongyloides ransomi.
4. Agar dapat mengetahui siklus hidup dari cacing Strongyloides ransomi.
5. Agar dapat mengetahui Patogenesa dari penyakit Strongyloidosis pada babi.
6. Agar dapat mengetahui gejala dan tanda klinis yang ditimbulkan jika babi terjangkit penyakit Strongyloidosis.
7. Agar dapat mengetahui cara mendiagnosa penyakit Strongyloidosis pada babi
8. Agar dapat mengetahui tindakan ( pencegahan dan pengobatan ) yang dapat dilakukan agar babi terbebas dari penyakit Strongyloidosis
2.2 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi penulis, dapat lebih memahami penyakit Strongyloidosis pada babi.
2. Bagi masyarakat umum, sebagai bahan informasi dan sumber bacaan mengenai parasit Strongyloides ransomi yang menyebabkan Strongyloidosis pada babi.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ETIOLOGI
Strongyloidosis adalah penyakit parasit yang dapat menyerang manusia, tikus, ternak sapi, domba, kuda, babi, ayam dan anjing, hewan yang terinfeksi yaitu pada segala umur, yang disebabkan oleh nematoda ( cacing gelang ) Strongyloides. Predeleksi dari penyakit ini adalah di usus halus.
Pada ternak babi, spesies Strongyloides yang menginfeksi adalah Strongyloides ransomi, yang tergolong dari :
Kingdom : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Rhabditida
Family : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Gambar 1. Strongyloides ransomi
Larva dari Strongyloides ransomi biasanya diwariskan melalui feses host. Larva infektif (L3) menetas dalam 1-2 hari. Larva tersebut membutuhkan suhu yang hangat dan kelembaban untuk bertahan hidup dan biasanya dihilangkan dengan pengeringan, sinar matahari dan sanitasi yang baik. Epidemiologi dari Strongyloidosis ini endemik di daerah tropis dan subtropis dan terjadi secara sporadis di daerah beriklim sedang. Di daerah tropis dan subtropis prevalensi daerah secara keseluruhan dapat melebihi 25 persen kejadian adanya cacing ini.
3.2 MORFOLOGI
Strongyloides ransomi terdapat di seluruh dunia pada mukosa usus halus babi. Cacing jantan hidup bebas mempunyai panjang 868-899 mikron dengan spikulum melengkung yang panjangnya 26-29 mikron dan gubernakulum dengan panjang 18-19 mikron. Cacing betina hidup bebas panjangnya 1,0 – 1,1 mm. masa prepaten adalah 3-7 hari, cacing betina partenogenetik parasitic panjangnya 3,3-4,5 mikron dan berdiameter 54-62 mikron, dan menghasilkan telur telah berembrio berbentuk elips,berkulit tipis, berukuran 45-55 x 26-35 mikron.
Hanya Strongyloides ransomi betina yang penting dalam parasitisme babi, cacing betina ini menghasilkan keturunan yang hidup bebas (siklus heterogonic) atau keturunan yang parasit (siklus homogonic). Generasi hidup bebas tersebut dapat bergantian menginfeksi babi dengan generasi parasit.
Gambar 2. Telur Strongyloides ransomi
3.3 SIKLUS HIDUP
Strongyloides siklus hidupnya lebih kompleks dibandingkan dengan nematoda yang lainnya dan potensinya untuk autoinfection dan perkalian di dalam host. Cacing ini mempunyai siklus hidup antara lain :
Gambar 3. Siklus Hidup Strongyloides ransomi
Infeksi nematoda ini diawali pada salah satu dari 3 cara yang diantaranya yaitu:
1) Transmammary (dengan mayoritasnya ditemukan dalam kolostrum selama hari pertama menyusui pada indukan babi, tetapi masih terus berlalu dalam susu selama setidaknya 20 hari).
2) Penetrasi Kulit.
3) Pada babi neonatal ( babi yang baru lahir), Strongyloides ransomi (L3) menginfeksi melalui kulit dan kemudian akan menuju ke paru-paru (sekitar 72 jam pasca infeksi), setelah itu menembus paru-paru dan dibawa naik ke trakea, kemudian ditelan mengikuti ludah dan tiba di usus halus sekitar 96 jam pasca infeksi. Cacing dewasa (betina) tinggal di usus halus dan bertelur yang menghasilkan larva rabditiform (L1), kemudian larva tersebut akan keluar mengikuti feses host pada pasca infeksi hari ke-6 Tidak semua larva akan keluar melalui feses, ada beberapa larva yang masih tertinggal dan kemudian pada saat babi memasuki umur sebagai indukan, larva Strongyloides ransomi akan bermigrasi ke jaringan adiposa, terutama jaringan lemak yang berada pada sekitar kelenjar susu, kemudian akan menetap dalam jaringan adiposa untuk waktu yang lama. Dalam 10 hari terakhir sebelum kelahiran akan bergerak dari jaringan adiposa menuju ke dalam kelenjar susu dan dengan demikian akan banyak ada larva Strongyloides ransomi di kolostrum (susu pertama yang dikeluarkan oleh induk babi). Kemudian larva pada kolostrum yang sudah masuk kedalam babi yang baru lahir tersebut, akan dewasa di usus halus tanpa bermigrasi. Telur akan muncul dalam kotoran anak babi tersebut pada umur 4 hari (4 hari pasca-infeksi). Telur dikeluarkan melalui dalam feses selama 10 sampai 20 minggu. Kemudian telur menetas dan larva yang berasal dari telur yang dihasilkan selama beberapa minggu pertama akan hidup bebas di tanah (Moncol, 1975 Proc Helminthol Soc Cuci 42: 86-92.)
3.4 PATOGENESIS
Strongyloidosis pada babi disebabkan oleh cacing Strongyloides ransomi yang menginfeksi dengan cara menembus kulit. Setelah menembus kulit, cacing ini akan melewati paru-paru terlebih dahulu kemudian berkembang di usus halus mengiritasi usus, dengan tingkat keparahan yang tergantung pada jumlah parasitnya. Parasit ini menyebabkan atrofi vili usus. Perubahan ini mengakibatkan kebocoran protein ke dalam usus dan kegagalan usus untuk secara efektif menyerap nutrisi dan cairan. Perubahan tersebut yang menyebabkan anemia, diare, dehidrasi dan kekurusan. Migrasi larva melalui paru-paru juga menyebabkan perdarahan kecil serta penebalan dan peradangan septa alveolar yang mengganggu pernapasan.
3.5 GEJALA / TANDA KLINIS
Infeksi yang ditimbulkan oleh Strongyloides ransomi yaitu erat hubungannya dengan diare, dimana kebanyakan babi yang masih muda yang terinfeksi, kemungkinannya babi 6 kali lebih sering menderita diare dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi (Ida Bagus Made Oka, I Made Dwinata,2011). Pada waktu cacing menetap di intestinum, akan terjadi penebalan yang luas dari dinding usus. Pada serangan paru-paru dapat terjadi pneumonitis dan eosinophilia.
Gambar 4. Gejala klinis pada babi yang terinfeksi cacing Strongyloides ransomi
Infeksi ringan dengan strongiloides pada umumnya ada sedikit atau tidak ada tanda-tanda. Pada infeksi berat anak babi yang masih muda diantaranya adalah anemia, diare, dehidrasi, anoreksia (penurunan berat badan yang cepat, dan gagal tumbuh juga terlihat pada anak babi yang terinfeksi) dan kematian (Urquhart et.all. 1996). Kebanyakan kematian terjadi pada anak babi berumur kurang dari dua minggu. Diare dan dehidrasi dapat terjadi pada babi tua yang terinfeksi.
3.6 DIAGNOSA
Untuk mendiagnosa penyakit ini dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis yang tampak pada babi yang terinfeksi dan untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan feses secara mikroskopis untuk menentukan adanya telur cacing yang khas dari Strongyloides sp. Telur cacing yang khas ditandai dengan adanya embrio (larva), pada babi perlu diketahui yaitu terdapat telur metastrongylus sp. (cacing paru pada babi ).
3.7 TINDAKAN
Untuk mengurangi jumlah penyakit strongyloidosis, dapat dilakukan beberapa cara yang dapat membantu mengurangi penyakit tersebut, yaitu :
a. Pencegahan
- Menjaga sanitasi untuk pakan, minuman dan kandangnya supaya tidak terkontaminasi oleh larva dari cacing Strongyloides ransomi.
- Menghindari kontak kulit secara langsung dengan tanah yang berpotensi terkontaminasi cacing Strongyloides ransomi.
- Kandang mendapatkan sinar matahariyang cukup, karena jika keadaan kandang kering maka kemungkinan untuk meminimalisir adanya cacing Strongyloides ransomi.
- Mengobati babi yang terinfeksi dengan secara rutin, kemudian melakukan pengobatan menggunakan obat cacing untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
- Berikan obat satu atau dua minggu sebelum farrowing karena itu akan mengontrol transmisi larva ke janin.
- Mengisolasikan atau memisahkan babi yang terinfeksi sampai terbebas dari larva cacing Strongyloides ransomi.
b. Pengobatan
Ivermectine 0,2 mg/kg berat badan, Thia bendazole 100-150 mg/kg berat badan selama 3 hari, dan obat Benzimidazole, febanthel dan levamisol sangat efektif. Program pengobatan pada induk sebelum melahirkan merupakan langkah efektif untuk menekan terjadinya penularan dari induk ke anak. Ivermectine dan doramectine terbukti efektif pada babi diberikan 16 hari sebelum induk melahirkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Strongyloidosis adalah infeksi parasit yang berpotensi mematikan dan menimbulkan gejala klinis bagi hostnya yang terinfeksi. Penyakit cacing ini dapat menyerang manusia, tikus, ternak sapi, domba, ayam, kuda, babi dan anjing. Penyakit Strongyloidosis ini disebabkan oleh Nematoda Strongyloides Sp. ( Concha R dkk,2005 ), dengan predeleksinya pada usus halus. Pada Strongyloides ransomi, cacing jantan ataupun betina akan hidup dan menginfeksi dalam usus halus host (inang) dan cacing betina akan bertelur kemudian telur atau larva tersebut akan dikeluarkan mengikuti feses host yang nantinya akan hidup bebas.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan, pemeriksaan secara nekropsi untuk jenis cacing Strongyloides ditemukan 4 dari 22 babi (18%) terinfeksi oleh cacing Strongyloides ransomi sedangkan pada pemeriksaan feses ditemukan 9 dari 22 babi (41%) terinfeksi oleh cacing Strongyloides ransomi. Dari hasil tersebut maka didapat sensitifitas 44,44 % dan spesifisitas 100% dan diketahui bahwa persentase hasil positif dari pemeriksaan nekropsi lebih kecil dari pemeriksaan feses (Kadek Ayu Dwi Suryastini dkk,2012).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Strongyloidosis pada babi adalah infeksi parasit yang berpotensi mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh cacing Strongyloides ransomi. Tempat predeksi cacing ini adalah pada usus halus, cacing tersebut terutama cacing betina akan menyebabkan iritasi serta peradangan pada mukosa usus halus. Strongyloidosis ini endemik di daerah tropis dan subtropis dan terjadi secara sporadis di daerah beriklim sedang. Strongyloidosis dapat menular melalui beberapa cara yaitu:
1. Larva hidup bebas dan infektif menembus kulit
2. Pada anak babi dapat melalui colustrum atau air susu
3. Larva infektif mencemari makanan (oral)
Jika babi sudah terinfeksi Strongyloidosis pengobatan yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan : ivermectine 0,2 mg/kb berat badan, albedazole, Thia bendazole, febanthel dan levamisol. Dan pengobatan pada induk sebelum melahirkan dapat di berikan ivermectine dan doramectine pada 16 hari sebelum induk melahirkan ( Oka IBM dkk,2006).
5.2 SARAN
1. Periksa dan dobati binatang yang terinfeksi cacing ini.
2. Perhatikan kebersihan kandang, pakan dan kebersihan air minum menghindari terkontaminasi oleh cacing Strongyloides ransomi.
3. Hindari babi berkontak kulit dengan tanah yang berpotensi terkontaminasi dengan cara membuatkan kandang dengan sanitasi yang baik dan sinar matahari yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Allan Roepstorff, DSc, PhD, MSc. 2012. Strongyloides sp in Pigs. http://www.merckmanuals.com/vet/digestive_system/gastrointestinal_parasites_of_pigs/strongyloides_sp_in_pigs.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2014
Anonymous.2012.Thread Worm Strongyloides Ransomi. http://www.thepigsite.com/pighealth/article/422/thread-worm-strongyloides-ransomi. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2014
Anonymous.2014. Threadworm Infection (Strongyloidosis). http://vetmed.iastate.edu/vdpam/new-vdpam-employees/food-supply-veterinary-medicine/swine/swine-diseases/threadworm-infection-. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2014
Dora Buonfrate dkk.2013. Severe strongyloidiasis: a systematic review of case reports. BMC Infectious Diseases
Dr. Nolan.2004. Strongyloides ransomi. University of Pennsylvania
Kadek Ayu Dwi Suryastini, dkk.2012. AKURASI METODE RITCHIE DALAM MENDETEKSI INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA BABI.Lab Patologi Klinik Veteriner,Lab Parasitologi Veteriner.Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
Ida Bagus Made Oka, I Made Dwinata.2011.STRONGYLOIDOSIS PADA ANAK BABI PRA-SAPIH. Laboratorium Parasitologi, Fakultas kedokteran hewan, Universitas Udayana.
Mark E. Viney and James B. Lok.2007. STRONGYLOIDES SPP. Department of Pathobiology, School of Veterinary Medicine, University of Pennsylvania, Spruce Street, Philadelphia, USA
Robert M. Corwin, DVM, PhD.1997. Pig parasite diagnosis. Swine Health and Production.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar