Parvovirus
adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit viral yang sangat menular pada
anjing. Penyakit ini disebabkan oleh virus Parvo atau yang lebih dikenal dengan
Cannie Parvovirus (CPV). CPV dapat
berbiak dan menyebar dengan cepat diantara sekelompok anjing dan menimbulkan
berbagai gejala klinis yang berfariasi pada anjing. Hal ini dipengaruhi oleh
kondisi internal individual anjing, umur anjing, faktor stress, dan ras anjing.
Parvovirus
memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kelas
|
|
Famili
|
|
Genus
|
:
Parvovirus
|
Species :Canine parvovirus, Chicken parvovirus, Feline panleukopenia
virus, Feline parvovirus,
Kilham rat virus,
Lapine parvovirus,
Mink enteritis
virus
Sebenarnya ada dua jenis parvovirus
yang menyerang anjing, yaitu Canine Parvo Virus Type-1 (yang disebut Minute
Virus of Canines / MVC) dan Canine Parvo Virus Type-2 (CPV-2). Secara antigenik
kedua virus ini berbeda. CPV-1 jarang menyebabkan enteritis dan gangguan
respirasi pada anak anjing, munculnya tidak pasti, dan patogenitasnya serta
tingkat keparahan infeksinya pada anjing belum diketahui dengan pasti. Sehingga
etiologi parvovirus pada anjing lebih mengacu pada CPV-2.
CPV-2 adalah anggota genus Parvovirus yang termasuk
dalam genus Parvoviridae. Anggota Parvovirus ini menginfeksi vertebrata dan
bereplikasi secara bebas. Virus Parvo sangat kecil dengan DNA tak berselubung
(non envelope DNA) yang berisi virus yang membagi secara sangat cepat. Virus
ini juga sangat stabil dalam kondisi lingkungan (pH dan suhu lingkungan) juga
dapat bertahan hidup sangat lama pada baju, lantai kandang, alat - alat makan
dan minum anjing.
Parvovirus berasal dari kata parvus
yang berarti kecil, mempunyai virion ikosahedral kecil dan genom ssDNA.
Sebagaimana ditentukan dengan kristalografi sinar-X, virion ikosahedral dari
CPV-2 berdiameter 25.5 nm, walaupun taksiran dari mikograf elektron menunjukkan
diameter 22 nm. Kapsidnya tersusun oleh 60 subunit protein. Proyeksi permukaan
nukleokapsid kecil, permukaannya terlihat kasar dan jelas. Virion dari virus
ini hanya satu macam atau mungkin muncul bersamaan dengan virus lainnya. CPV-2
ini melakukan replikasi pada inti sel yang sedang membelah, menghasilkan benda
inklusi intranukleus yang besar.
Virus Terhadap Lingkungan, Canine parvovirus merupakan virus yang paling resisten terhadap keadaan lingkungan. Virus ini dapat tahan selama berbulan - bulan sampai bertahun - tahun. Parvovirus sangat stabil, tahan terhadap temperatur dan pH yang ekstrim yaitu pada 60o C Selma 60 menit dan pH 3 - 9.
Gambar 2.1 permukaan molekuler
CPV-2, pengamatan dengan sinar-X kristalografi oleh Institute for Moleculear
Virology.
Gambar 2.2 sekelompok CPV-2 dilihat dengan mikroskop elektron
Sedangkan Feline Panleucopenia disebabkan oleh Parvovirus keluarga
parvoviridae. Virus ini sangat cepat menular. Penyakit ini telah dikenal dengan
berbagai nama yaitu distemper kucing, enteritis (radang usus disertai memar
yang cepat menyebar),
demam kucing dan penyakit tifus kucing.Meskipun dikenal dengan berbagai nama, namun sebenarnya penyakit
dengan nama berbeda tersebut disebabkan oleh virus berbeda pula. Feline
Panleucopenia virus ini tergolong virus yang ganas, karena dapat
membunuh dengan cepat dan membagi sel-selnya dengan cepat pula. Kerugian
dari penyebaran sel pada virus ini dapat membuat kucing komplikasi dan
infeksi/peradangan hasil bakteri.
2.2 Patogenesa
CPV-2
menyebar sangat cepat dari anjing satu ke anjing lainnya, apalagi anjing dalam
kelompok. Canine Parvovirus tipe-2 (CPV-2)
menginfeksi anjing lewat oronasal kemudian virus akan melakukan replikasi di
dalam jaringan limfoid dari orofaring dan thymus. Setelah replikasi virus akan
menyebar ke jaringan limfoid, sumsum tulang, kelenjar dan epitel usus, serta
sistem hematopoetik. Viremia terjadi 1 - 5 hari setelah infeksi. CPV-2
menghancurkan sel-sel leukosit dan limfosit yang yang sedang aktif bermitosis
dalam peredaran darah sehingga anjing menderita neutropenia dan limfopenia. Di
dalam usus virus berpindah dari epitel germinal ke kelenjar intestinal menuju
ujung - ujung vili usus kecil dan menyebabkan kerusakan vili usus dan kelenjar
intestinal usus .
Virus ini
menyebar terutama melalui kontak langsung dengan feses hewan terinfeksi. Target
virus adalah sel yang sedang berkembang dan membelah secara cepat, dan
tergantung faktor ini jaringan gastrointestinal maupun jantung dapat terserang
(Lane and Cooper, 2003). Virus telah bermutasi sejak virus pertama kali
dikenali, dan CPV-2 biasanya lebih pathogen pada beberapa anjing. CPV-2b juga
biasa menyerang kucing. Virus merusak kripta intestinal dan membuat vili
runtuh, diare, muntah,
perdarahan usus dan invasi bakteri berikutnya. Beberapa anjing dapat
menunjukkan depresi, anoreksia, dan muntah (yang dapat mirip seperti menelan
benda asing), dan tidak menunjukan diare. Diare lebih sering absent pada 24 -
48 jam pertama penyakit dan mungkin tidak berdarah jika hal ini terjadi.
Protein dari usus akan hilang mungkin bisa menyebabkan keradangan sekunder,
yang menyebabkan hypoalbuminemia. Muntah biasanya lebih dulu ditemukan dan
beberapa bisa menyebabkan oesofagitis. Rusaknya sumsum tulang dapat menyebabkan
neutropenia sementara atau berkepanjangan, membuat hewan mudah terkena infeksi
bakteri yang serius, terutama jika traktus intestinal yang rusak membolehkan
bakteri masuk kedalam tubuh. Demam atau septic shock biasanya umum terjadi pada
anjing yang sakit tetapi jarang absen pada sedikit hewan yang terpengaruhi.
Anak anjing terinfeksi sejak dalam kandungan atau sebelum berumur 8 minggu
mungkin akan terjadi myokarditis.
Infeksi Canine
Parvo Virus melalui inhalasi atau ingesti, terbawa sistem limfatik, tonsil,
nodus limfatik regional dan usus berkaitan dengan jaringan limfoid, tergantung
rute masuknya. Di sini replikasi primer virus terjadi dan dalam 3-5 hari
akan terjadi viremia. Target replikasi selanjutnya tergantung umur anjing. Jika
anjing berumur 7 minggu dimana sel myokardium secara cepat berkembang, maka sel
ini menjadi sasaran utama CPV, menimbulkan infeksi myokardial. Imunosupresi
juga akan terjadi jika jaringan limfoid dan sel yang sedang berkembang cepat
pada sumsum tulang juga terinfeksi. Pada anjing berumur lebih dari 7 minggu,
dimana perkembangan myokardium selesai sempurna, maka CPV akan mengubah
targetnya ke saluran gastrointestinal, sehingga akan timbul gejala klinis yang
terkait dengan organ - organ pencernaan, sejalan dengan adanya imunosupresi
akibat infeksi pada sistem limfoid.
2.3
Epidemiologi
Parvovirus
umumnya menginfeksi ras canidae . Namun studi di Vietnam telah menunjukkan
bahwa CPV2 dapat mengalami antigenic shift ringan dan mutasi alami untuk
menginfeksi felidae. Ras anjing yang sangat rentan terhadap infeksi CPV-2
adalah doberman, rottweiler, dan labrador retriever. Infeksi CPV-2 paling parah
terjadi pada anjing di bawah umur 12 minggu karena pada umur ini sel - sel
tubuh sangat aktif bermitosis dan CPV-2 menyerang virus yang sedang bermitosis,
selain itu pada umur ini imunitas maternal mulai hilang . Pada anjing muda, konsentrasi terbesar dari
sel yang aktif membelah adalah pada lapisan usus, sehingga CPV-2 banyak
menyerang bagian ini.
2.4
Gejala Klinis
Gejala Klinis dari penyakit yang diakibatkan oleh
Parvo Virus itu sendiri adalah kematian mendadak pada anak anjing,
depresi, anoreksia, muntah terus - menerus, bisa pakan utuh sampai darah, diare
cair merah - coklat dengan bau yang amis, dehidrasi, shock, hipotermia
dan melanjut sampai kematian jika tidak dirawat. Dan pada kucing sekitar 50 sampai 90% dari kucing yang tertular virus akan
mati dan karena itu sangat
penting untuk melihat gejala-gejala awal.
Virus ini menyerang anak
kucing sekitar saat penyapihan, tetapi kucing pada semua tingkat umur adalah
rentan. Gejala memakan waktu sekitar 10 hari untuk muncul setelah infeksi. Masa
inkubasi rata-rata 5 hari (kisaran 5-10 hari ) , mulai 2-5 hari setelah infeksi
leukopenia terjadi dan paling hebat 5-6 hari setelah infeksi, ketika sel darah
putihnya mencapai kurang dari 100 per cc darah. Gejala-gejala panlekopenia
pada kucing meliputi: Kehilangan nafsu makan, mendadak demam tinggi (lebih dari
40 °C) yang bertahan selama kurang lebih 24 jam dan selama periode ini bentuk
penyakit perakut. Temperatur akan normal dan meningkat kembali pada hari ke
tiga dan empat, muntah, diare berdarah, depresi, kejang, dehidrasi parah.
Kucing akan duduk di dekat air atau tempat minumnya, seperti haus, tetapi tidak minum,
kucing menggigit ekornya sendiri, bulu kusam, punggung bawah dan punggung
kaki dan anemia.
Anak kucing yang terinfeksi
selama dua minggu sebelum sampai dua minggu setelah lahir akan menderita
hipoplasia sereberum. Anak kucing yang terinfeksi jelas tanpak gontai ketika
mulai mampu berjalan pada umur 3 minggu , hewan itu mempunyai posisi dasar
lebar dan bergerak dengan langkah lebar cenderung melangkahi sasaran dan
berhenti dan berputar sekitar sasaran yang ingin di capai.
Pada mulanya disekitar pertengahan
tahun 1980 terdapat virus menyerang kalkun muda yang memiliki karakteristik
seperti kekerdilan pada burung, diare dan meningkatkan mortalitas, setelah
diidentifikasi ternyata disebabkan oleh parvovirus. Infeksi parvovirus pada
burung juga menunjukan gejala seperti diare, dan eksresi kotoran kuning selama
7 sampaii 10 hari setelah infeksi. Namun nafsu makan dan minum ayam masih
normal. Infeksi pada ayam menunjukan gejala kerontokan bulu atau kerontokan
bulu bulu dari area yang cukup luas. (Kisary, 1985).
2.5 Diagnosa
Diagnosa sementara penyakit Parvo didasarkan
pada pemeriksaan fisik, riwayat dan gejala penyakit, tetapi harus ditegaskan
dengan uji laboratorik. Pemeriksaan fisik dapat didasarkan pada gejala klinis, yaitu
adanya diare yang kadang berdarah, muntah, suhu tubuh tinggi, dan disertai
dengan kelemahan. Diare biasanya berbau busuk dan berwarna kekuningan.
Untuk diagnosa yang lebih akurat,
berbagai jenis pemeriksaan laboratorik telah dikembangkan dan berguna untuk
diagnosa virus yang spesifik virus ini juga dapat dideteksi dengan isolasi
virus dari jaringan, namun dalam prakteknya jarang digunakan karena dibutuhkan
pengkulturan sel dan paling tidak butuh waktu 1 minggu untuk memperoleh
hasilny.
Pemeriksaan laboratorik untuk
diagnosa Canine Parvo, antara lain :
1) Electron microscopy (EM) dari sampel
feses hewan yang terinfeksi untuk mengetahui adanya virus.
2) Pemeriksaan feses dapat juga
dilakukan dengan metode CITE test
3) Enzyme - Linked Immuno Assay
(ELISA). Uji ini didasarkan pada reaksi antigen - antibody
dengan antibody monoclonal spesifik yang dilapisi dengan plastik, membran
multiseluler, latex, atau partikel emas. Elisa test bertujuan untuk mendeteksi
adanya IgM.
4) Fecal Hemaglutination -
Hemaglutination Inhibitor (HA/HI). Merupakan uji yang
sederhana dan cepat, tapi kurang sensitif dibanding EM dan ELISA.
5) Uji Semiquantitatif “Immunocomb
test”. Uji
ini bertujuan untuk deteksi antibody terhadap Canine Parvo Virus, dimana
titernya berhubungan dengan hasil dari uji HI.
6) Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji
ini lebih sensitive, tapi jarang digunakan dalam penentuan diagnosa dan hanya
digunakan untuk penelitian.
Diagnosa banding untuk
Canine Parvovirus adalah : Infeksi Canine Coronavirus,
Salmonellosis, collibasillosis, dan infeksi bakteri enteric lainnya, adanya
benda asing dalam saluran pencernaan, parasit gastrointestinal, gastroenteritis
hemoragi, keracunan. Diagnosa pada Canine Parvo Virus dan Feline Panleukopenia
tidak jauh berbeda namun sebagai diagnosa pembanding dari
virus panleukopenia adalah Felv, E.colli, Salmonella, Tyzzer.
2.7 Patologi Anatomi
Jika
dilakukan dengan pemeriksaan post-mortum, akan terlihat :
·
Usus mengalami dilatasi dan berisi
cairan berwarna kekuningan
·
Sum - sum tulang terlihat kosong
·
Paru - paru berat dan terdapat oedema,
warnanya merah muda keabu - abuan
·
Jantung membesar dan dibatasi daerah
pucat pada myocardium
·
Terjadi hemoragie pankreas
·
Ada cairan encer pada rongga thorax dan
abdomen
·
Jantung menjadi pucat dan lunak dengan
fibrosis myocardium pada kasus yang lebih kronis.
gambar
jantung anak anjing yang mati akibat Parvovirus
Secara
histologi perubahan yang nampak adalah bahwa jonjot usus sangat memendek dan
tumpul, sel yang mati masih melekat pada ujung jonjot usus. Kriptanya mengalami
dilatasi dan membesar berisi mucus dan debris sel. Kadang - kadang dijumpai
benda inklusi intranukleus dalam sel dekat kripta. Juga terlihat adanya
kerusakan sel limfoid yang meluas, penyusupan sel polimorfonukleus secara besar
- besaran, dan destruksi sel di nodus limfatikus usus.
Gambar
mikroskopis lain adalah adanya kongesti dan hemorhagie subserosal serta
hemorhagie pada lumen
2.6 Pengobatan dan Pencegahan
Terapi untuk penyakit Canine
Parvovirus ini sebaiknya dilakukan sedini sejak hewan mulai terinfeksi, secara
simptomatik dan suportif. Yang pertama harus dilakukan adalah menghentikan
muntah dan diare. Obat anti emesis diberikan untuk menghentikan muntah. Obat
anti spasmodic diberikan dengan tujuan untuk mencegah diare. Sedangkan obat
anti-inflamantori diberikan untuk mencegah septicemia (Anonim, 2000). Sebaiknya
anjing tidak diberi makan dan minum selama muntah masih terjadi (Anonim, 2004).
Anjing harus segera diisolasi selama pengobatan sampai terlihat tanda - tanda
kesembuhan. Selanjutnya dilakukan terapi cairan, yang bertujuan untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang. Akibat kasus ini dimungkinkan 12 - 15 % cairan tubuh
hilang. Terapi dapat dilakukan dengan pemberian suntikan electrolit secara
intravena maupun subcutan (cairan infus). Cairan pengganti yang dapat diberikan
antara lain lactat ringer solution dengan suplemen potassium chloride dan
sodium bicarbonat bila keadaan acidosis, sedang jika kadar gula dalam darah
dibawah normal dapat diberikan asam amino 5 % dextrose dengan bicarbonat. Jika
pemberian secara oral dimungkinkan, dapat diberikan vitamin B kompleks
Adapun Pengobatan terhadap Kucing
yang terserang penyakit Virus panleukopenia dapat diberikan cairan elektrolit.
Sedangkan untuk mengobati infeksi sekunder dapat diobati dengan pemberian
gentamisin dan pemberian vitamin B complex. Pencegahan Virus
panleukopenia yaitu dengan melakukan vaksinasi secara teratur, anak kucing
dapat divaksinasi pada umur 8-16 minggu dengan interval 4 minggu. Setelah itu
vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahun. Pada kucing dewasa atau berumur
lebih dari 6 bulan yang belum pernah divaksinasi, vaksinasi bisa dilakukan tiap
tahun.
Pencegahan
dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi, Membeli anjing yang telah divaksin
terhadap Parvo, Induk anjing sebelum dipacak harus dilengkapi vaksinasinya,
agar anakan mendapat maternal immunity yang cukup dari air susu induknya,
Lingkungan tempat tinggal anjing harus selalu dijaga kebersihannya, Nutrisi dan
gizi untuk anak anjing harus diperhatikan untuk meningkatkan daya tahan
tubuhnya, Anakan anjing berusia di bawah 3 bulan sebaiknya tidak kontak dengan
anjing lain yang belum jelas status kesehatannya.
Untuk
membatasi kontaminasi lingkungan dan penyebaran penyakit ke hewan lain yang
rentan, anjing yangtelah terkonfirmasi atau diduga CPV enteritis harus
ditangani dengan prosedur isolasi yang ketat (misalnya, isolasi dirumah,
personil memakai kaus tangan dan baju khusus, pembersihan yang sering dan
menyeluruh, dll). Semua permukaan harus dibersihkan dengan larutan pemutih
(1:30), peroksigen, atau dapat dipercepat dengan desinfektan hidrogen
peroksida. Solusi yang sama barangkali dapat menggunakan footbath untuk
mendisinfeksi alas kaki.
BAB
III
PENUTUP
3.1.SIMPULAN
Berdasarkan
hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit parvo pad anjing
disebabkan oleh virus family parvovoiridae, genus parvovirus. Gejala yang dapat
terlihat pada kasus ini berdasarkan atas dua tipe dari penyakit ini yaitu tipe
myokarditis yang ditandai dengan anak anjing mati menddadak dan tipe enteritis
ditandai dengan berak berdarak.
Masa inkubasi dari virus ini 3-8 hari, infeksi terhadap anjing lain
terjadi secara kontak langsung atau tidak seperti melaui muntahannya atau
barang – barang yang terkena muntahannya. Patologi anatomi yang khas dari
penyakit ini adalah hemoragi pada usus dan kerusakan pada jantung dengan histopatologi
ditemukannya ada inclusion body pada jantung.
3.2.SARAN
Untuk mencegah terjadinya penularan
parvovirus sebagainya pemiliki anjing lbih memerhatikan anjingnya dan dilakukan
vaksinasi secara berkala untuk membentuk sistem antibody terhadap parvovirus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar