Minggu, 13 Desember 2015

infeksius (Parvovirus)

Parvovirus adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit viral yang sangat menular pada anjing. Penyakit ini disebabkan oleh virus Parvo atau yang lebih dikenal dengan Cannie Parvovirus (CPV). CPV dapat berbiak dan menyebar dengan cepat diantara sekelompok anjing dan menimbulkan berbagai gejala klinis yang berfariasi pada anjing. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi internal individual anjing, umur anjing, faktor stress, dan ras anjing.
Parvovirus memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kelas
: Kelas II (ssDNA)
Famili
Genus
: Parvovirus
Sebenarnya ada dua jenis parvovirus yang menyerang anjing, yaitu Canine Parvo Virus Type-1 (yang disebut Minute Virus of Canines / MVC) dan Canine Parvo Virus Type-2 (CPV-2). Secara antigenik kedua virus ini berbeda. CPV-1 jarang menyebabkan enteritis dan gangguan respirasi pada anak anjing, munculnya tidak pasti, dan patogenitasnya serta tingkat keparahan infeksinya pada anjing belum diketahui dengan pasti. Sehingga etiologi parvovirus pada anjing lebih mengacu pada CPV-2.
CPV-2 adalah anggota genus Parvovirus yang termasuk dalam genus Parvoviridae. Anggota Parvovirus ini menginfeksi vertebrata dan bereplikasi secara bebas. Virus Parvo sangat kecil dengan DNA tak berselubung (non envelope DNA) yang berisi virus yang membagi secara sangat cepat. Virus ini juga sangat stabil dalam kondisi lingkungan (pH dan suhu lingkungan) juga dapat bertahan hidup sangat lama pada baju, lantai kandang, alat - alat makan dan minum anjing.
Parvovirus berasal dari kata parvus yang berarti kecil, mempunyai virion ikosahedral kecil dan genom ssDNA. Sebagaimana ditentukan dengan kristalografi sinar-X, virion ikosahedral dari CPV-2 berdiameter 25.5 nm, walaupun taksiran dari mikograf elektron menunjukkan diameter 22 nm. Kapsidnya tersusun oleh 60 subunit protein. Proyeksi permukaan nukleokapsid kecil, permukaannya terlihat kasar dan jelas. Virion dari virus ini hanya satu macam atau mungkin muncul bersamaan dengan virus lainnya. CPV-2 ini melakukan replikasi pada inti sel yang sedang membelah, menghasilkan benda inklusi intranukleus yang besar.
Description: D:\SEMESTER 4\HERPES VIRUS\Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi antigenik_files\dwnfilemanager_007.jpg

Virus Terhadap Lingkungan, Canine parvovirus merupakan virus yang paling resisten terhadap keadaan lingkungan. Virus ini dapat tahan selama berbulan - bulan sampai bertahun - tahun. Parvovirus sangat stabil, tahan terhadap temperatur dan pH yang ekstrim yaitu pada 60o C Selma 60 menit dan pH 3 - 9.

Gambar 2.1 permukaan molekuler CPV-2, pengamatan dengan sinar-X kristalografi oleh Institute for Moleculear Virology.

Description: D:\SEMESTER 4\HERPES VIRUS\Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi antigenik_files\dwnfilemanager_005.jpg

Gambar 2.2 sekelompok CPV-2 dilihat dengan mikroskop elektron
Sedangkan Feline Panleucopenia disebabkan oleh Parvovirus keluarga parvoviridae. Virus ini sangat cepat menular. Penyakit ini telah dikenal dengan berbagai nama yaitu distemper kucing, enteritis (radang usus disertai memar yang cepat menyebar), demam kucing dan penyakit tifus kucing.Meskipun dikenal dengan berbagai nama, namun sebenarnya penyakit dengan nama berbeda tersebut disebabkan oleh virus berbeda pula. Feline Panleucopenia virus ini tergolong virus yang ganas, karena dapat membunuh dengan cepat dan membagi sel-selnya dengan cepat pula. Kerugian dari penyebaran sel pada virus ini dapat membuat kucing komplikasi dan infeksi/peradangan hasil bakteri.

2.2  Patogenesa
CPV-2 menyebar sangat cepat dari anjing satu ke anjing lainnya, apalagi anjing dalam kelompok. Canine Parvovirus tipe-2 (CPV-2) menginfeksi anjing lewat oronasal kemudian virus akan melakukan replikasi di dalam jaringan limfoid dari orofaring dan thymus. Setelah replikasi virus akan menyebar ke jaringan limfoid, sumsum tulang, kelenjar dan epitel usus, serta sistem hematopoetik. Viremia terjadi 1 - 5 hari setelah infeksi. CPV-2 menghancurkan sel-sel leukosit dan limfosit yang yang sedang aktif bermitosis dalam peredaran darah sehingga anjing menderita neutropenia dan limfopenia. Di dalam usus virus berpindah dari epitel germinal ke kelenjar intestinal menuju ujung - ujung vili usus kecil dan menyebabkan kerusakan vili usus dan kelenjar intestinal usus  .
Virus ini menyebar terutama melalui kontak langsung dengan feses hewan terinfeksi. Target virus adalah sel yang sedang berkembang dan membelah secara cepat, dan tergantung faktor ini jaringan gastrointestinal maupun jantung dapat terserang (Lane and Cooper, 2003). Virus telah bermutasi sejak virus pertama kali dikenali, dan CPV-2 biasanya lebih pathogen pada beberapa anjing. CPV-2b juga biasa menyerang kucing. Virus merusak kripta intestinal dan membuat vili runtuh, diare, muntah, perdarahan usus dan invasi bakteri berikutnya. Beberapa anjing dapat menunjukkan depresi, anoreksia, dan muntah (yang dapat mirip seperti menelan benda asing), dan tidak menunjukan diare. Diare lebih sering absent pada 24 - 48 jam pertama penyakit dan mungkin tidak berdarah jika hal ini terjadi. Protein dari usus akan hilang mungkin bisa menyebabkan keradangan sekunder, yang menyebabkan hypoalbuminemia. Muntah biasanya lebih dulu ditemukan dan beberapa bisa menyebabkan oesofagitis. Rusaknya sumsum tulang dapat menyebabkan neutropenia sementara atau berkepanjangan, membuat hewan mudah terkena infeksi bakteri yang serius, terutama jika traktus intestinal yang rusak membolehkan bakteri masuk kedalam tubuh. Demam atau septic shock biasanya umum terjadi pada anjing yang sakit tetapi jarang absen pada sedikit hewan yang terpengaruhi. Anak anjing terinfeksi sejak dalam kandungan atau sebelum berumur 8 minggu mungkin akan terjadi myokarditis.
Infeksi Canine Parvo Virus melalui inhalasi atau ingesti, terbawa sistem limfatik, tonsil, nodus limfatik regional dan usus berkaitan dengan jaringan limfoid, tergantung rute masuknya. Di sini replikasi primer virus terjadi dan dalam 3-5 hari akan terjadi viremia. Target replikasi selanjutnya tergantung umur anjing. Jika anjing berumur 7 minggu dimana sel myokardium secara cepat berkembang, maka sel ini menjadi sasaran utama CPV, menimbulkan infeksi myokardial. Imunosupresi juga akan terjadi jika jaringan limfoid dan sel yang sedang berkembang cepat pada sumsum tulang juga terinfeksi. Pada anjing berumur lebih dari 7 minggu, dimana perkembangan myokardium selesai sempurna, maka CPV akan mengubah targetnya ke saluran gastrointestinal, sehingga akan timbul gejala klinis yang terkait dengan organ - organ pencernaan, sejalan dengan adanya imunosupresi akibat infeksi pada sistem limfoid.



2.3  Epidemiologi
Parvovirus umumnya menginfeksi ras canidae . Namun studi di Vietnam telah menunjukkan bahwa CPV2 dapat mengalami antigenic shift ringan dan mutasi alami untuk menginfeksi felidae. Ras anjing yang sangat rentan terhadap infeksi CPV-2 adalah doberman, rottweiler, dan labrador retriever. Infeksi CPV-2 paling parah terjadi pada anjing di bawah umur 12 minggu karena pada umur ini sel - sel tubuh sangat aktif bermitosis dan CPV-2 menyerang virus yang sedang bermitosis, selain itu pada umur ini imunitas maternal mulai hilang  . Pada anjing muda, konsentrasi terbesar dari sel yang aktif membelah adalah pada lapisan usus, sehingga CPV-2 banyak menyerang bagian ini.

2.4  Gejala Klinis
Gejala Klinis dari penyakit yang diakibatkan oleh Parvo Virus itu sendiri adalah kematian mendadak pada anak anjing, depresi, anoreksia, muntah terus - menerus, bisa pakan utuh sampai darah, diare cair merah - coklat dengan bau yang amis, dehidrasi, shock, hipotermia dan melanjut sampai kematian jika tidak dirawat. Dan pada kucing sekitar 50 sampai 90% dari kucing yang tertular virus akan mati dan karena itu sangat penting untuk melihat gejala-gejala awal.
Virus ini menyerang anak kucing sekitar saat penyapihan, tetapi kucing pada semua tingkat umur adalah rentan. Gejala memakan waktu sekitar 10 hari untuk muncul setelah infeksi. Masa inkubasi rata-rata 5 hari (kisaran 5-10 hari ) , mulai 2-5 hari setelah infeksi leukopenia terjadi dan paling hebat 5-6 hari setelah infeksi, ketika sel darah putihnya mencapai kurang dari 100 per cc darah. Gejala-gejala panlekopenia pada kucing meliputi: Kehilangan nafsu makan, mendadak demam tinggi (lebih dari 40 °C) yang bertahan selama kurang lebih 24 jam dan selama periode ini bentuk penyakit perakut. Temperatur akan normal dan meningkat kembali pada hari ke tiga dan empat, muntah, diare berdarah, depresi, kejang, dehidrasi parah. Kucing akan duduk di dekat air atau tempat minumnya, seperti haus, tetapi tidak minum, kucing menggigit ekornya sendiri, bulu kusam, punggung bawah dan punggung kaki dan anemia.
Anak kucing yang terinfeksi selama dua minggu sebelum sampai dua minggu setelah lahir akan menderita hipoplasia sereberum. Anak kucing yang terinfeksi jelas tanpak gontai ketika mulai mampu berjalan pada umur 3 minggu , hewan itu mempunyai posisi dasar lebar dan bergerak dengan langkah lebar cenderung melangkahi sasaran dan berhenti dan berputar sekitar sasaran yang ingin di capai.
Pada mulanya disekitar pertengahan tahun 1980 terdapat virus menyerang kalkun muda yang memiliki karakteristik seperti kekerdilan pada burung, diare dan meningkatkan mortalitas, setelah diidentifikasi ternyata disebabkan oleh parvovirus. Infeksi parvovirus pada burung juga menunjukan gejala seperti diare, dan eksresi kotoran kuning selama 7 sampaii 10 hari setelah infeksi. Namun nafsu makan dan minum ayam masih normal. Infeksi pada ayam menunjukan gejala kerontokan bulu atau kerontokan bulu bulu dari area yang cukup luas. (Kisary, 1985).

2.5  Diagnosa
Diagnosa sementara penyakit Parvo didasarkan pada pemeriksaan fisik, riwayat dan gejala penyakit, tetapi harus ditegaskan dengan uji laboratorik. Pemeriksaan fisik dapat didasarkan pada gejala klinis, yaitu adanya diare yang kadang berdarah, muntah, suhu tubuh tinggi, dan disertai dengan kelemahan. Diare biasanya berbau busuk dan berwarna kekuningan.
Untuk diagnosa yang lebih akurat, berbagai jenis pemeriksaan laboratorik telah dikembangkan dan berguna untuk diagnosa virus yang spesifik virus ini juga dapat dideteksi dengan isolasi virus dari jaringan, namun dalam prakteknya jarang digunakan karena dibutuhkan pengkulturan sel dan paling tidak butuh waktu 1 minggu untuk memperoleh hasilny.
Pemeriksaan laboratorik untuk diagnosa Canine Parvo, antara lain :
1)      Electron microscopy (EM) dari sampel feses hewan yang terinfeksi untuk mengetahui adanya virus.
2)      Pemeriksaan feses dapat juga dilakukan dengan metode CITE test
3)      Enzyme - Linked Immuno Assay (ELISA). Uji ini didasarkan pada reaksi antigen - antibody dengan antibody monoclonal spesifik yang dilapisi dengan plastik, membran multiseluler, latex, atau partikel emas. Elisa test bertujuan untuk mendeteksi adanya IgM.
4)      Fecal Hemaglutination - Hemaglutination Inhibitor (HA/HI). Merupakan uji yang sederhana dan cepat, tapi kurang sensitif dibanding EM dan ELISA.
5)      Uji Semiquantitatif “Immunocomb test”. Uji ini bertujuan untuk deteksi antibody terhadap Canine Parvo Virus, dimana titernya berhubungan dengan hasil dari uji HI.
6)      Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji ini lebih sensitive, tapi jarang digunakan dalam penentuan diagnosa dan hanya digunakan untuk penelitian.
Diagnosa banding untuk Canine Parvovirus adalah : Infeksi Canine Coronavirus, Salmonellosis, collibasillosis, dan infeksi bakteri enteric lainnya, adanya benda asing dalam saluran pencernaan, parasit gastrointestinal, gastroenteritis hemoragi, keracunan. Diagnosa pada Canine Parvo Virus dan Feline Panleukopenia tidak jauh berbeda namun sebagai diagnosa pembanding dari virus panleukopenia adalah Felv, E.colli, Salmonella, Tyzzer.
2.7  Patologi Anatomi
Jika dilakukan dengan pemeriksaan post-mortum, akan terlihat :
·                Usus mengalami dilatasi dan berisi cairan berwarna kekuningan
·                Sum - sum tulang terlihat kosong
·                Paru - paru berat dan terdapat oedema, warnanya merah muda keabu - abuan
·                Jantung membesar dan dibatasi daerah pucat pada myocardium
·                Terjadi hemoragie pankreas
·                Ada cairan encer pada rongga thorax dan abdomen
·                Jantung menjadi pucat dan lunak dengan fibrosis myocardium pada kasus yang lebih kronis.
gambar jantung anak anjing yang mati akibat Parvovirus

Secara histologi perubahan yang nampak adalah bahwa jonjot usus sangat memendek dan tumpul, sel yang mati masih melekat pada ujung jonjot usus. Kriptanya mengalami dilatasi dan membesar berisi mucus dan debris sel. Kadang - kadang dijumpai benda inklusi intranukleus dalam sel dekat kripta. Juga terlihat adanya kerusakan sel limfoid yang meluas, penyusupan sel polimorfonukleus secara besar - besaran, dan destruksi sel di nodus limfatikus usus.
Gambar mikroskopis lain adalah adanya kongesti dan hemorhagie subserosal serta hemorhagie pada lumen
2.6  Pengobatan dan Pencegahan
Terapi untuk penyakit Canine Parvovirus ini sebaiknya dilakukan sedini sejak hewan mulai terinfeksi, secara simptomatik dan suportif. Yang pertama harus dilakukan adalah menghentikan muntah dan diare. Obat anti emesis diberikan untuk menghentikan muntah. Obat anti spasmodic diberikan dengan tujuan untuk mencegah diare. Sedangkan obat anti-inflamantori diberikan untuk mencegah septicemia (Anonim, 2000). Sebaiknya anjing tidak diberi makan dan minum selama muntah masih terjadi (Anonim, 2004). Anjing harus segera diisolasi selama pengobatan sampai terlihat tanda - tanda kesembuhan. Selanjutnya dilakukan terapi cairan, yang bertujuan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Akibat kasus ini dimungkinkan 12 - 15 % cairan tubuh hilang. Terapi dapat dilakukan dengan pemberian suntikan electrolit secara intravena maupun subcutan (cairan infus). Cairan pengganti yang dapat diberikan antara lain lactat ringer solution dengan suplemen potassium chloride dan sodium bicarbonat bila keadaan acidosis, sedang jika kadar gula dalam darah dibawah normal dapat diberikan asam amino 5 % dextrose dengan bicarbonat. Jika pemberian secara oral dimungkinkan, dapat diberikan vitamin B kompleks
Adapun Pengobatan terhadap Kucing yang terserang penyakit Virus panleukopenia dapat diberikan cairan elektrolit. Sedangkan untuk mengobati infeksi sekunder dapat diobati dengan pemberian gentamisin dan pemberian vitamin B complex.  Pencegahan Virus panleukopenia yaitu dengan melakukan vaksinasi secara teratur, anak kucing dapat divaksinasi pada umur 8-16 minggu dengan interval 4 minggu. Setelah itu vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahun. Pada kucing dewasa atau berumur lebih dari 6 bulan yang belum pernah divaksinasi, vaksinasi bisa dilakukan tiap tahun.
            Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi, Membeli anjing yang telah divaksin terhadap Parvo, Induk anjing sebelum dipacak harus dilengkapi vaksinasinya, agar anakan mendapat maternal immunity yang cukup dari air susu induknya, Lingkungan tempat tinggal anjing harus selalu dijaga kebersihannya, Nutrisi dan gizi untuk anak anjing harus diperhatikan untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya, Anakan anjing berusia di bawah 3 bulan sebaiknya tidak kontak dengan anjing lain yang belum jelas status kesehatannya.
Untuk membatasi kontaminasi lingkungan dan penyebaran penyakit ke hewan lain yang rentan, anjing yangtelah terkonfirmasi atau diduga CPV enteritis harus ditangani dengan prosedur isolasi yang ketat (misalnya, isolasi dirumah, personil memakai kaus tangan dan baju khusus, pembersihan yang sering dan menyeluruh, dll). Semua permukaan harus dibersihkan dengan larutan pemutih (1:30), peroksigen, atau dapat dipercepat dengan desinfektan hidrogen peroksida. Solusi yang sama barangkali dapat menggunakan footbath untuk mendisinfeksi alas kaki.


BAB III
PENUTUP
3.1.SIMPULAN
        Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit parvo pad anjing disebabkan oleh virus family parvovoiridae, genus parvovirus. Gejala yang dapat terlihat pada kasus ini berdasarkan atas dua tipe dari penyakit ini yaitu tipe myokarditis yang ditandai dengan anak anjing mati menddadak dan tipe enteritis ditandai dengan berak berdarak.
         Masa inkubasi dari virus ini 3-8 hari, infeksi terhadap anjing lain terjadi secara kontak langsung atau tidak seperti melaui muntahannya atau barang – barang yang terkena muntahannya. Patologi anatomi yang khas dari penyakit ini adalah hemoragi pada usus dan kerusakan pada jantung dengan histopatologi ditemukannya ada inclusion body pada jantung.
3.2.SARAN
         Untuk mencegah terjadinya penularan parvovirus sebagainya pemiliki anjing lbih memerhatikan anjingnya dan dilakukan vaksinasi secara berkala untuk membentuk sistem antibody terhadap parvovirus.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar