FERTILISASI
Reproduksi
sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies karena setiap individu
mempunyai jangka waktu kehidupan terbatas dan hanya dengan reproduksi
kelangsungan spesies dapat terjaga. Pada beberapa spesies tertentu, khususnya
hewan liar, terdapat kendala berupa gangguan alam atau akibat campur tangan
manusia yang menyebabkan terganggunya reproduksi hewan tersebut. (Kartini Eriani, 2013). Fertilisasi adalah proses bersatunya kedua jenis sel
kelamin dimana masing-masing gamet mengandung 1n kromosom yang disebut
haploid sehingga menghasilkan sel baru
yang disebut zigot.
Karena itu, fertilisasi merupakan proses yang sangat penting dan merupakan
titik puncak dari serangkaian proses yang terjadi sebelumnya dan kadang-kadang
merupakan proses yang cukup kompleks. Penting diingat bahwa fertilisasi
merupakan proses dengan kekhususan yang tergantung pada spesies. Artinya,
spermatozoa dari satu spesies tidak dapat membuahi ovum dari spesies yang
berlainan.
Fertilisasi diawali dengan
proses pembentukan gamet yang disebut dengan gametogenesis. Gametogenesis
merupakan proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) pada mahluk jantan
dan pembentukan ovum (oogenesis) pada mahluk betina. Spermatogenesis adalah
proses pembentukan spermatozoa dan proses ini berlangsung didalam testis
tepatnya didalam tubulus seminiferus, sedangkan oogenesis adalah proses
pembentukan ovum dan proses ini berlangsung didalam ovarium.
Peran utama fertilisasi adalah
penggabungan konstitusi gen yang terdapat pada spermatozoa dan ovum. Lebih
lanjut, peran lainnya adalah sebagai perangsang perkembangan selanjutnya dari
hasil fertilisasi. Proses fertilisasi ini kemudian dilanjutkan dengan
embriogenesis sampai pada proses organogenesis.
1.1
Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang telah dijelaskan
diatas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.
Apa yang dimaksud dengan fertilisasi ?
2.
Bagaimana proses fertilisasi pada Aves ,
Amphibi, dan Pisces
3.
Apa yang dimaksud dengan polysermy block
dan bagaimana hubungannya dengan proses fertilisasi ?
4.
Apa saja faktor yang mempengaruhi proses
fertilisasi?
1.2
Tujuan Penulisan
1.
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah embriologi
veteriner
2.
Untuk menambah pengetahuan dalam mata kuliah embriologi
veteriner dalam sub materi fertilisasi
3.
Untuk semakin memperdalam ilmu mengenai fertilisasi
yang telah disampaikan di kelas
4.
Untuk mengetahui proses dan faktor – faktor dari
fertilisasi
1.4
Manfaat Penulisan
1
Memenuhi tugas kelompok mata kuliah embriologi
veteriner
2
Menambah pengetahuan dalam mata kuliah embriologi
veteriner dalam sub materi fertilisasi
3
Memperdalam ilmu mengenai fertilisasi yang telah
disampaikan di kelas
4
Mengetahui proses dan faktor – faktor dari fertilisasi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses bersatunya kedua jenis sel
kelamin (jantan dan betina), dimana masing-masing gamet mengandung 1n kromosom
yang disebut haploid sehingga
menghasilkan sel baru yang disebut zigot. (mengandung 2n
kromosom/diploid). Meskipun masih berupa satu sel baru, zigot sudah dapat
disebut sebagai makhluk hidup baru,karena zigot merupakan bentuk paling awal
dari semua makhluk hidup yang berkembang melalui proses fertilisasi. Zigot satu
sel inilah yang akan berkembang menjadi embrio tahap dua sel,empat sel,morula, blastosist
dan akan terus berkembang dan berdiferensiasi membentuk organ-organ tubuh
sampai akhirnya membentuk fetus.
Ada
2 fungsi utama fertilisasi,
yaitu:
A. Fungsi reproduksi
Dalam hal ini
,fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsur- unsur genetik dari
orangtua atau induknya. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi (pengurangan)
unsur genetik dari diploid menjadi haploid, maka pada fertilisasi dimungkinkan
pemulihan kembali unsur genetiknya, 1n dari gamet jantan dan 1n dari gamet
betina sehingga diperoleh individu normal 2n.
B. Fungsi perkembangan
Pada fungsi ini,fertilisasi menyebabkan gertakan
atau rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan proses meiosisnya dan
membentuk pronukleus betina yang akan melebur (syngami) dengan pronukleus
jantan membentuk zigot dan seterusnya berkembang menjadi embrio dan fetus.
PERJALANAN
SPERMATOZOA KETEMPAT FERTILISASI
Perjalanan
spermatozoa meliputi tiga tahapan sebagai berikut :
1. Dalam
Tubuh Jantan
Spermatozoa
yang telah dihasilkan di dalam tubulus seminiferus melalui proses
spermatogenesis akan keluar dari tubulus seminiferus bercampur dengan plasma
semen masuk ke vas efferent. Proses ini terjadi akibat adanya tekanan volume
dari dalam tubulus. Dari vas efferent, spermatozoa selanjutnya masuk ke duktus
epididimis. Dalam tahapan ini, spermatozoa juga mengalami proses maturasi atau
pematangan. Tahap selanjutnya spermatozoa yang sebelumnya pada duktus
epididimis selanjutnya masuk ke vas deferent. Di daerah ini, spermatozoa akan
menerima sekreta yang dihasilkan oleh glandula vesikula seminalis untuk
selanjutnya bermuara di duktus ejakulatorius. Tahap perjalanan selanjutnya
sebelum diejakulasikan dalam bentuk semen, spermatozoa juga akan menerima sekreta
dari kelanjar prostate dan bulbouretralis.
2. Di
Luar Tubuh Jantan
Peristiwa
ini hanya ditemukan pada hewan-hewan tertentu, yaitu pada hewan yang mengalami
pembuahan diluar tubuh seperti ikan, amfibia. Peristiwa ini diawali dengan
dikeluarkannya spermatozoa oleh hewan jantan ke dalam medium berupa air dan
secara serentak juga betina akan mengeluarkan ovum. Spermatozoa yang
dikeluarkan kemudian bergerak aktif untuk melakukan pembuahan. Untuk
hewan-hewan lainnya yaitu reptilia, aves dan mamalia, peristiwa ini tidak
terjadi karena proses pembuahannya terjadi di dalam tubuh betina.
3. Dalam
Tubuh Betina
Spermatozoa
yang dideposisikan pada vagina, serviks, ataupun uterus pada saat perkawinan
harus mempunyai kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di
ampula bagian caudal dari uterus. Beberapa peniliti menyatakan bahwa kemampuan
spermatozoa untuk mencapai tempat fertilisasi adalah karena pergerakan
spermatozoa itu sendiri, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa itu akibat
pengaruh saluran reproduksi betina. Beberapa factor fisiologi yang berpengaruh
terhadap kecepatan perjalanan spermatozoa adalah volume ejakulat, tempat
deposisi, dan anatomi saluran reproduksi betina. Lama waktu yang dibutuhkan
spermatozoa agar sampai ke tempat fertilisasi berkisar antara 2-60 menit.
Tabel dibawah
ini menunjukkan perkiraan waktu yang diperlukan oleh spermatozoa dari beberapa
spesies hewan untuk mencapai tuba falopii, tempat terjadinya fertilisasi.
Hewan
|
Volume ejakulasi (ml)
|
Tempat deposisi
|
Interval waktu dari ejakulasi oleh sampai di tuba
falopii
|
Mencit
|
>0.1
|
Uterus
|
15 menit
|
Hamster
|
>0,1
|
Uterus
|
2-60 menit
|
Tikus
|
0,1
|
Uterus
|
15-30 menit
|
Kelinci
|
1.0
|
Vagina
|
Beberapa menit
|
Anjing
|
10,0
|
Uterus
|
Beberapa menit
|
Kambing
|
1,0
|
Vagina
|
6 menit
|
Sapi
|
4,0
|
Vagina
|
2-13 menit
|
Babi
|
250
|
Seviks dan badan uterus
|
15-30 menit
|
Dari
sekian banyak spermatozoa yang diejakulasikan, hanya sedikit yang mampu
mencapai ampula dan kebanyakan mati pada saluran reproduksi betina. Hal ini
mungkin sebagai akibat adanya fagositosis oleh sel darah putih dan arah balik
ke vagina. Spermatozoa yang dideposisikan pada vagina harus melewati serviks
sebelum mencapai oviduk. Mekanisme pergerakan spermataozoa melewati serviks
masih diperdebatkan. Ada yang menyatakan bahwa pergerakan yang cepat melewati
serviks adalah akibat kontraksi vagina dan uterus selama kopulasi. Teori yang
lain menjelaskan bahwa spermatozoa yang motil mampu malakukan penetrasi dan
migrasi melewati mukus serviks. Perjalanan spermatozoa melintasi uterus sampai
ke tautan uterus tuba sangat cepat dan hal ini disebabkan oleh adanya bantuan
kontraksi otot uterus. Seperti pada
serviks, isthmus pada oviduk diperkirakan juga sebagai tempat
penampungan spermatozoa untuk beberapa waktu sebelum bergerak ke ampula
berlangsungnya fertilisasi. Pergerakan spermatozoa dari isthmus ke ampula
berlangsung terutama akibat kontraksi otot.
PROSES FERTILISASI
Selama
berhubungan seksual, jumlah semen yang biasa diejakulasikan rata-rata adalah
3,5 mililiter dan setiap satu mililiter semen rata-rata mengandung 120 juta
spermatozoon. Jumlah ini diperlukan mengingat tingkat kematian spermatozoon
sangat tinggi, hanya sekitar 100 spermatozoon saja yang mampu bertahan hidup
untuk mendekati ovum di tuba fallopii. Dua puluh persen (20%) spermatozoon
rata-rata juga akan mengalami perubahan menjadi steril (kehilangan kemampuannya
untuk membuahi ovum), sedangkan yang lainnya akan mati karena tingkat keasaman
vagina, sehingga beberapa spermatozoon bahkan ada yang tidak dapat menjangkau
leher rahim dan akhirnya mati.
Sel telur dilapisi bukan saja oleh membran
plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain, dimana seharusnya hanya dapat ditembus
dalam suatu proses yang memerlukan waktu agak lama sebelum spermatozoa dapat masuk. Oleh karena itu spermatozoa haruslah dapat menempel pada permukaan telur
cukup lama sampai reaksi
penghancuran.
Tempat penyatuan ovum dengan spermatozoa
adalah didalam ampula. Pada kebanyakan mamalia, untuk keberhasilan fertilisasi,
spermatozoa harus mempunyai kemampuan menembus kumulus ooforus, korona radiata,
dan zona pellusida sebelum masuk ke membran vitelin oosit. Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan
menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma
pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim
tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya
untuk satu sperma saja. Enzim ini berperan menghancurkan matrix
kumulus ooforus sehingga spermatozoa dapat mencapai zona pelusida. Enzim
akrosin berperan dalam perusakan zona pellusida. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke
dalam ovum. Tapi pada beberapa jenis hewan bagian ekor tinggal
diluar, hanya bagian kepala, leher dan badan masuk seperti pada kelinci. Segera
setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum
mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma,
sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).
Perjalanan panjang untuk fertilisasi harus diselesaikan dalam waktu 12 sampai 48 jam, sebelum sperma mati. Sperma harus melintasi penghalang dari leher rahim,
yang tipis dan berair pada betina yang baru saja ovulasi. Setelah sperma telah melintasi lendir leher
rahim, sperma melakukan
perjalanan sampai lapisan lembab dari rahim ke saluran
telur (hanya salah satu saluran telur berisi telur, sperma banyak sehingga
perjalanan ke arah yang salah). Kurang dari 1.000 sperma keluar dari jutaan
dalam air mani benar-benar mencapai saluran telur. Banyak sperma mengelilingi telur dalam tabung telur.
Kepala setiap sperma (akrosom) menghasilkan enzim yang
mulai memecah jeli, seperti lapisan luar membran telur, yang mencoba untuk menembus telur. Isi membengkak, mendorong sperma lain jauh dari
telur (reaksi kortikal). Sperma lainnya mati dalam waktu 48 jam. Reaksi
kortikal memastikan bahwa hanya satu sperma menyuburkan telur.
Perpaduan
ovum dan spermatozoa merangsang dimulainya pembelahan mitosis. Pertama,
dihasilkan embrio 2 sel, sel itu disebut blastomer. Pada blastomer dari 2 sel
membelah lagi menjadi 4 sel. Dengan demikian 1 blastomer, mempunyai ukuran
seperempat ukuran zigot. Selanjutnya, terjadi pembelahan lagi menjadi 8 sel
kemudian menjadi 16 sel. Setelah berulang kali mengalami pembelahan, ukuran sel
akan menjadi semakin kecil dan nampak sebagai bola padat yang disebut morula.
Pada kebanyakan spesies, morula terbentuk dari kira-kira 16 sampai 32 sel.
Terjadinya pembelahan mitosis yang berlanjut menyebabkan jumlah sel semakin
banyak, tetapi ukuran sel semakin kecil. Selama perjalanan dalam tuba fallopi
menuju ke uterus morula berkembang menjadi blastosis. Blastosis memperoleh
makanan dari sekret kelenjar uterus. Semua sel yang terdapat dalam blastosis
sangat identik. Sampai tahap itu, belum terjadi diferensiasi sel. Diferensiasi
akan mulai terjadi setelah embrio mengalami gastrulasi, yaitu pembentukan 3
lapis sel, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
SPERMA
Diketahui bahwa dalam tiap hubungan seksual, jumlah semen
yang biasa diejakulasikan rata-rata adalah 3,5 mililiter dan setiap satu
mililiter semen rata-rata mengandung 120 juta spermatozoon. Dan hanya satu
spermatozoon saja yang dapat berhasil menembus lapisan ovum. Masuknya inti
spermatozoon ke dalam ooplasma menimbulkan berbagai reaksi, yaitu: reaksi membran,
reaksi korteks dan kenaikan metabolisme
Saat spermatozoon melakukan penetrasi, maka sel telur akan
mengeluarkan senyawa tertentu agar zona pellusida tidak dapat ditembus oleh
spematozoon lain, mengakibatkan membran telur menjadi elastis dan liat (reaksi
membran) agar tidak terjadi polispermi. Di dalam korteks terjadi kenaikan kadar
ion Calsium (Ca++) sebagai activator metabolisme. Sintesis protein khusus pada
proses ini dimaksudkan untuk membantu inisiasi pembelahan dan membentuk enzim metabolic.
Fertilisasi yang dilakukan oleh satu spermatozoon saja disebut monospermi.
Reaksi fisiologis penting yang terjadi pada permukaan telur apabila fertilisasi
berlangsung ialah tidak responsifnya telur terhadap spermatozoon yang datang
berikutnya, sehingga dapat mencegah masuknya spermatozoon yang kedua. Mekanisme
yang terjadi disebut sebagai reaksi penolakan (Blocking System), dimana tidak
memungkinkan terjadinya polispermi, atau setidaknya dapat mencegah masuknya
sperma yang kedua. Pada permukaan telur terdapat anti fertilizin. Salah satu
fungsinya adalah bahwa pada waktu fertilisasi, reaksi fertilizin – anti
fertilizin dapat mencegah spermatozoon lain agar tidak lagi menempel pada
telur.
Penetrasi spermatozoon juga akan merangsang sel telur untuk menyelesaikan proses meiosis II yang menghasilkan 3 badan polar dan satu pronukleus betina. Masuknya spermatozoon dalam ooplasma menyebabkan reorganisasi penyebaran protein di dalam ooplasma. Pigmen (protein berwarna) mengalir ke tempat masuknya spermatozoon. Perubahan letak protein dalam ooplasma mencerminkan pola bentuk dan struktur tubuh embrio yang akan terbentuk nantinya.
Polyspermy merupakan suatu peristiwa masuknya multisperma
(lebih dari 1 sperma) ke dalam ovum (sel telur) ketika fertilisasi terjadi.
Terdapat 2 macam polispermi, yaitu:
- Fast
block polyspermi
Peritiwa ini terjadi ketika sperma dan ovum bertemu. Sperma pertama yang
mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran plasma ovum, memicu
suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan ini
tidak lagi dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To Polyspermy). Pros blokade cepat polispermi dilakukan dengan
mengubah potensial listrik pada membran telur (Ovum). Membran sel telur
tersebut memiliki barier selektif antara sitoplasma dengan lingkungan luar,
sehingga hal ini meyebabkan kadar ion di dalam sel telur berbeda dengan kadar
ion di luar sel.. Di dalam sel telur tersebut terdapat kadar ion Na dan
K. Ion Na memiliki kadar yang relatif rendah sedangkan ion K memiliki
kadar yang tinggi. perbedaan kadar ion ini dikendalikan oleh membran sel yang
berfungsi mencegah masuknya ion Na kedalam sel, dan mencegah lepasnya ion K ke
luar sel. Blokade cepat polispermi ini juga dapat ditahan dengan menurunkan
kadar Na di lingkungan luar sel. Bila suplai ion sodium tidak mencukupi karena
potensial membran berubah menjadi positif maka dapat terjadi Polispermi
(Gould.SOmero dkk.1979.Jeffe.1980)
- Slow
block polyspermi
Pelepasan sperma dilakukan dengan reaksi granula kortikel. Enzim-enzim dari
granula memisahkan lapisan vitalin dari membran plasma dan mukopolisakarida
menghasilkan gradien osmotik, yang menarik air ke dalam ruang perivitalin dan
membengkakkan daerah tersebut. Pembengkakan itu mendorong lapisan vitelin menjauhi
membran plasma, dan lapisan lain mengeraskan daerah tersebut. Ketika voltase
yang mengalir di sepanjang membran plasma telah kembali normal, dan pemblokiran
cepat polispermi tidak lagi berfungsi. Akan tetapi membran fertilisasi itu
bersama sama dengan perubahan lain pada permukaan sel telur berfungsi sebagai
pemblokiran lambat terhadap polis. Reaksi ini adalah mekanisme blokade
polispermi secara lambat dan proses ini mulai aktif sekitar 1 menit setelah
fusi antara sel sperma dan sel telur pertama. Reaksi ini ditemukan hampir
di semua spesies mamalia.
2.2 Proses
Fertilisasi pada Aves, Amphibi, Pisces
· Proses Fertilisasi pada Aves
Kelompok
burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat
kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan
dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada
burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak
tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh
suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar
menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang
testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi
akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk.
Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju
kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh
materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh
induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak
burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan
paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat
mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
· Proses Fertilisasi pada Pisces
Ikan adalah
anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Pada pisces, ketika masih muda sulit di bedakan antara
hewan jantan dan betina, baik secara morfologi maupun anatomi. Organ reproduksi
jantan dan betina pada waktu masih muda memiliki struktur yang sama dan disebut
ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi jantan pada ikan, dapat di bedakan
organ genitalia masculine tampak berwarna putih susu dengan permukaan licin
berisi spermatozoa.
Proses Perkawinan
pada organisme akuatik sering disebut dengan memijah. Proses pemijahan pada
setiap jenis ikan berbdeda beda contohnya pada ikan nila ikan betina akan
menetaskan telur pada mulutnya, pada ikan cupang justru jantan yang menjaga
telur-telurnya dalam sarang busa, ada juga ikan yang tidak menjaga telurnya
seperti ikan mas, ikan yang bersifat ovovivipar contohnya Hiu yang akan mengerami
telurnya dalam tibih dan mengeluarkan anakannya dalam bentuk larva. Proses
pemijahan sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad induk karena jika
tidak matang gonad maka telur dan sperma tidak akan terbetuk dan pemijahan
tidak akan terjadi. Setiap mahluk hidup pasti melakukan perkawinan untuk
menjaga kelestarian spesiesnya. Pada organisme akuatik proses perkawinan ini
sering disebut memijah.
Dalam melakukan
pemijahan selain lingkungan yang mendukung salah satu syarat utama adalah induk
harus matang gonad. Tingkat kematangan gonad setiap individu berbeda – beda.
Tingkat kematangan gonad setiap individu bisa dilihat dari alat kelaminnya atau
morfologi dari tubuh spesies tersebut. Proses fertilisasi ada dua cara, yakni
pembuahan di dalam (internal fertilization) dan pembuahan di luar (external
fertilization). Namun demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan di
luar (external fertilization).
Yang melakukan
pembuahan di luar disebut ovipar. Jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam
tubuh untuk dibuahi oleh jantan. Proses pembuahan (sel telur) oosit oleh sel
sperma berlangsung di luar tubuh dimana sperma memasuki sel telur melalui
sebuah lubang yang disebut dengan mikrofil. Secara umum hanya satu sperma yang
dapat masuk ked ala sebuah sel telur.Dan
untuk melakukan pembuahan da dalam disebut ovovipar. Jenis ini
berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh betina
(internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina,
kemudian melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induk. Kelangsungan
hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan yang dihasilkan setiap kelahiran
tidak dapat banyak karena daya dukung induk terbatas.
Proses kawin
didahului dengan pematangan sel-sel telur pada betina dan sel-sel sperma dalam
testis pada jantan. Selanjutnya proses kawin atau (spawning) pada ikan ini
berlaku secara alamiah/insting. Sebagian besar, betina dan jantan merupakan
individu terpisah. Akan tetapi, pada beberapa family seperti sparidae dan
serrinadae, jantan dan betina bisa terdapat pada satu individu sehingga dapat
melakukan pembuahan sendiri. Fenomena ini dikenal sebagai hermaphroditic. Pada
hermaphroditic, telur dan sperma sama-sama dihasilkan (baik pada waktu sama,
maupun berbeda), kemudian tawing dengan jenis hermaprodit lain. Pembuahan
sendiri secara eksternal bisa terjadi pada hermaprodit yang akan mengeluarkan
telur dan sperma secara stimultan. Pada jenis hermaprodit yang lain pembuahan
internal juga sendiri dapat berlangsung. Reproduksi merupakan hal yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme. Bayangkan apabila ada suatu
organisme yang tidak melakukan reproduksi, tentu saja akan menganggu
keseimbangan alam.
Umumnya persentase penetasan ikan secara normal berkisar
antara 50–80 % (Richter dan Rustidja, 1985). Rendahnya derajat penetasan telur
ikan mas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kualitas telur, kualitas
air media inkubasi (penetasan) dan perlakuan kejutan panas. Kualitas telur dan
kualitas air media inkubasi sangat menentukan keberhasilan proses penetasan
telur. Kualitas telur yang baik dan didukung oleh kualitas air media yang memadai
dapat membantu kelancaran pembelahan sel dan perkembangan telur untuk mencapai tahap
akhir terbentuknya embrio ikan (Akhmad
Taufiq Mukti, 2005).
· Proses Fertilisasi pada Amphibi
Pada
katak / amphibi fertilisasi yang terjadi adalah fertilisasi eksternal, dimana
fertilisasi ini terjadi di luar tubuh jantan dan betina dan memerlukan tempat
yang basah. Saat akan melakukan
fertilisasi, katak jantan akan menempel pada punggung betina sambil menekan
perut betina dengan menggunakan kaki depan dan merangsang pengeluaran telur
kedalam air. Setiap telur yang dikeluarkan diseliputi oleh selaput telur
(membrane vitelin). Hal tersebut dikenal dengan ampleksus. Bersamaan dengan itu
katak jantan akan mengeluarkan sperma untuk membuahi sel telur tersebut.
BAB
III
SIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Bedasarkan
penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa fertilisasi
merupakan proses bersatunya sperma dan ovum yang akan mengahasilkan sel baru
yang disebut dengan zigot. Fertilisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
fertilisasi internal dan eksternal. Fertilisasi internal terjadi pada mamalia
dan juga bangsa aves. Sedangkan fertilisasi eksternal terjadi pada amphibi dan
pisces. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya fetilisasi. Baik itu dari
sperma maupun ovumnya. Keseimbangan akan keduanya sangat diperlukan dalam
fertilisasi.
3.2
Saran
Dalam
fertilisasi tentunya sangat diperhatikan dalam kematangan dari gonad jantan dan
betina. Selain itu kesesuaian lingkungan juga harus diperhatikan karena sangat
berpengaruh terutama dalam proses fertilisasi eksternal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous. Enzim Protease. 2012. http://makeyousmarter.blogspot.com/2012/12/gametogenesis.html. Diakses pada : 25
September 2014
Anonymous. Fertilisasi
Aves. 2013. http://avesembriology.blogspot.com/2013/04/sistem-reproduksi-fertilisasi.html?m=1.
Diakses pada : 25 September 2014
Anonymous. Pembuahan. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuahan. Diakses pada : 24 September 2014
Anonymous. Pengertian
Fertilisasi (Pembuahan). 2014 http://www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-fertilisasi-pembuahan.html. Diakses pada : 24 September 2014
Kartini, Eriani,dkk. PRODUKSI EMBRIO KUCING SECARA IN VITRO DARI SPERMATOZOA HASIL PRESERVASI
MELALUI FERTILISASI MIKR. 2013. Institut Pertanian
Bogor : Bogor.
Puja,
Ketut, dkk. EMBRIOLOGI MODERN. 2010. Udayana University
Press, Denpasar
Taufiq Mukti, Ahmad. PERBEDAAN
KEBERHASILAN TINGKAT POLIPLOIDISASI IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn.) MELALUI KEJUTAN PANAS. 2005. Universitas
Airlangga Surabaya : Surabaya.